Nugroho Imam Setiawan, Dosen Geologi UGM Peneliti Antartika

Untuk menuju Antartika, tentu dibutuhkan persiapan yang matang. Apalagi, Nugroho tidak ingin mengecewakan nama Indonesia dan UGM saat penelitian. Dalam persiapan teknisnya, Nugroho membaca banyak publikasi terkait target lokasi penelitian. Dia juga mempersiapkan peralatan dan pakaian khusus yang digunakan di Antartika nanti. Tak lupa, pihak JARE juga menggembleng Nugroho dengan kesiapan fisik.

Untuk satu hal terakhir, Nugroho dipersiapkan bersama rombongan di Jepang, tepatnya di Gunung Norikura. Di gunung yang terletak di Prefektur Nagano itu, Nugroho pada 7–11 Maret 2016 digembleng cara bertahan hidup dalam cuaca ekstrem. Dimulai dengan cara mendirikan tenda di permukaan salju, mengolah makanan, hidup dalam tenda, tali-temali menghadapi tebing, menggunakan peralatan daki pada kondisi salju, hingga penyelamatan di kondisi darurat.

Menghadapi penelitian yang berlangsung lama tersebut, Nugroho mendapat dukungan penuh dari keluarga. Mereka mendukung karena dia membawa nama Indonesia. ”Terutama istri yang paham saat saya tinggal untuk kegiatan lapangan, riset, konferensi, atau tugas belajar selama berbulan-bulan,” ujar suami Zita Kusuma Ariyanti itu.

Sang istri juga membawakan bekal khusus untuk Nugroho. Dengan kondisi berada di cuaca ekstrem berbulan-bulan, faktor makanan tentu harus disiapkan. Nugroho membawa banyak bekal instan seperti gudeg kaleng serta beberapa bumbu instan nasi goreng, soto, dan rendang. Semua itu dibawa untuk pelepas rindu cita rasa khas Indonesia. Tak lupa, Nugroho juga membawa obat-obatan khas Indonesia seperti obat masuk angin dan minyak kayu putih. ”Saya juga bawa sambal terasi dan sambal kecap,” kata Nugroho dalam tulisannya.

Perjalanan awal ekspedisi JARE dengan menggunakan Shirase dimulai dari Perth. Bukan perjalanan yang cepat karena Shirase butuh waktu 18 hari untuk sampai di Antartika. Shirase sendiri adalah kapal khusus, salah satu di antara sedikit kapal yang digunakan ke Antartika, dengan kemampuan menghancurkan es untuk melaju. Selama perjalanan laut, Shirase beberapa kali berhenti untuk melakukan riset oseanografi. Rombongan JARE resmi tiba di Antartika pada 20 Desember 2016.

Nugroho menghabiskan waktu sekitar dua bulan di Antartika. Di sana dia melakukan survei geologi di tiga area, yakni di Pantai Prince Olav, Teluk Lutzow-Holm, dan Teluk Amundsen. Total ada delapan orang yang masuk di tim geologi. Selama di sana, Nugroho kerap tinggal di lapangan dengan mendirikan tenda.

Tinggalkan Balasan