Nilai Kontrak Kereta Cepat Jakarta Bandung Naik

jabarekspres.com, JAKARTA – Pembiayaan pembangunan kereta cepat Jakarta-Bandung diprediksi naik. Hal ini terlihat dari nilai kontrak Enginering, Procurement, Construction (EPC) yang baru saja ditandatangani oleh PT Kereta Cepat Indonesia China (KCIC) bersama High Speed Rail Contractor Consorsium (HSRCC) kemarin (4/4).

Nilai kontrak konstruksi proyek kereta cepat Jakarta-Bandung tersebut mencapai USD 4,7 Miliar. Jumlah ini meningkat dari perkiraan sebelumnya sebezar USD 4,3 Miliar.

Direktur Utama PT KCIC Hanggoro Budi Wiryawan menuturkan, nilai tersebut sudah mengikuti perubahan design untuk proyek sepanjang 142,3 kilometer (km) tersebut. ”Ya, ini kan dari hasil penyusunan detail design yang lebih akurat. Sehingga kita ketemu dengan angka-angka yang tadi disebutkan,” ujarnya ditemui usai acara penandatanganan kontrak di Jakarta, kemarin.

Dengan membengkaknya nilai kontrak ini, diperkirakan nilai total proyek kereta cepat Jakarta-bandung pun akan terkerek. Sebelumnya, proyek ini ditaksir akan menelan biaya hingga USD 5,1 Miliar. Sayang, Hanggoro masih enggan menanggapi hal tersebut. ”Masih dibahas,” katanya.

Meski begitu, Hanggoro menyebut, penandatangan kontrak EPC ini akan jadi salah satu kunci untuk bisa segera mewujudkan kerja sama dengan China Development Bank (CDB). Pasalnya, kontrak tersebut merupakan salah satu syarat agar pendanaan segera cair. Seperti diketahui, pada proyek ini,  75 persen pendanaan akan didanai oleh CDB.

Karenanya, usai penandatanganan kontrak ini, KCIC akan terus melakukan komunikasi dengan CDB agar pinjaman bisa segera cair. Agenda CDB selama dua minggu di Jakarta akan dimanfaatkan sebaik-baiknya. ”Kita akan menyelesaikan pembahasan-pembahasan dengan CDB mulai besok (hari ini). Kita akan all out,” tuturnya.

Proses pembangunan kereta cepat Jakarta-Bandung sendiri sudah dimulai sepanjang 5 km di Walini, Bandung. Pengerjaannya dilakukan oleh PT Wika. Rencananya, dalam waktu dekat pembanguan dilanjutkan sepanjang 26 KM. ”Tapi tidak nyambung,” ujarnya.

Dalam proses pengerjaannya, kata dia, akan menggunakan equity dari pemegang saham terlebih dahulu. Diakuinya, sudah ada  tahap/ tarikan kedua pada pemegang saham setelah sebelumnya dilakukan urunan yang sama untuk pembelian lahan. Namun, dia menolak untuk menyebut besaran yang tersedia.

Selaian masalah dana, proses pembangunan juga masih terganjal pembebasan lahan. Ada beberapa pembelian lahan di Karawang yang belum menemui kata sepakat. Kendati begitu, Hanggoro optimis pengerjaan proyek kereta cepat pertama di Indonesia ini bisa sesuai terget pada 2019. ”Kami meminta koantraktor untuk menyiapkan strategi rencana kerjanya. Ya all out lah. Kalau perlu tiga shift kerja dalam satu hari,” tegasnya.

Berita Terkait

Tinggalkan Balasan