Musim Hujan, Waspadai Kasus DBD

jabarekspres.com, NGAMPRAH – Memasuki musim hujan di akhir 2017, masyarakat diminta lebih waspada terhadap kasus demam berdarah dengue (DBD). Sebab, sepanjang 2016, Dinas Kesehatan Kabupaten Bandung Barat mencatat, telah terjadi sekitar 1.355 kasus demam berdarah dengue (DBD).

Bahkan, tercatat jumlah meninggal akibat hal tersebut mencapai 3 orang di 2016 lebih tinggi dibandingkan tahun 2015 lalu yang hanya 1 orang.

Hal tersebut diungkapkan Kepala Dinas Kesehatan KBB, Pupu Sari Rohayati kepada wartawan di Ngamprah, kemarin (8/12).

Pupu menyebutkan, pada Januari 2016 terjadi 198 kasus, disusul Febuari 245 kasus dan di bulan Maret sebanyak 249 kasus. Diungkapkan Pupu, kasus DBD ini perlu diwaspadai oleh masyarakat terutama saat datang terjadinya musim hujan.

Dirinya menilai, di musim seperti ini, dia mengimbau masyarakat agar lebih hati-hati dengan serangan DBD ini. Untuk tahun ini kami akan mendata terlebih dahulu termasuk laporan dari masing-masing rumah sakit dan puskesmas.

Dikatakan Pupu, penyakit DBD yang menyebabkan tiga warga meninggal dunia pada tahun lalu karena terlambat dibawa ke rumah sakit. Sehingga ketika terserang DBD, harus langsung dibawa ke rumah sakit untuk mendapatkan pelayanan medis.

“Kalau terlambat apalagi memang tidak mendapatkan perawatan, khawatirnya menimbulkan korban jiwa,” terangnya.

Menurutnya, kasus DBD merata di beberapa kecamatan. Namun, ada tiga kecamatan yang kasusnya cukup tinggi dan termasuk daerah endemis yakni Padalarang, Ngamprah dan Batujajar.

“Daerah endemis DBD ini kebanyakan cukup padat penduduknya. Selain itu mobilitas warganya cukup tinggi dibandingkan dengan kecamatan lainnya. Makanya, kita juga sering melakukan antisipasi dengan melakukan beberapa hal ke lokasi rawan DBD,” paparnya.

Untuk itu, dia mengimbau agar masyarakat dapat meningkatkan kesadaran menjaga kebersihan, menjaga lingkungan dengan menggalakan program 3 M, seperti menguras tempat-tempat genangan air, mengubur barang-barang bekas dan menutup tempat penampungan air.

“Supaya nyamuk juga tidak berkembangbiak yang dapat menyerang masyarakat,” ujarnya.

Lebih jauh Pupu menjelaskan, untuk mengendalikan kasus DBD, Dinkes menggiatkan gerakan pemberantasan sarang nyamuk (PSN) di tengah masyarakat. Langkah tersebut dinilai lebih efektif dalam mencegah penyebaran penyakit DBD.

“Kami juga siapkan kader Jumantik (juru pemantau jentik) di desa. Dengan cara ini akan menekan kasus DBD terus menurun,” pungkasnya. (drx/yan)

Berita Terkait

Tinggalkan Balasan