Minim Edukasi Internet ke Masyarakat

jabarekspres.com, JAKARTA – Satgas Siber Gabungan membeberkan hasil penyidikan sementara kepada 29 pelaku penipuan melalui telepon (Phone Frauds) yang tertangkap di Pondok Indah, Jakarta Selatan. Alasan mengapa Indonesia dijadikan sebagai lokasi persembunyian dan aksi yakni karena biaya internet di Indonesia murah.

Kabidhumas Polda Metro Jaya Kombespol Argo Yuwono membenarkan hal tersebut. Dia menyebutkan, berdasar pengakuan para pelaku memilih Indonesia karena biaya internet murah. ”Kemungkinan di Tiongkok mahal dan mudah dideteksi juga kan. Sehingga butuh negara lain,” terang Argo, saat ditemui di Pondok Indah, kemarin.

Mantan Kapolres Nunukan, Kaltim, itu menerangkan modus yang dilakukan para pelaku di Pondok Indah sama dengan kasus di Jakarta Utara. Argo mengatakan pada Maret lalu, pihaknya mengamankan 59 WNA Tiongkok. Pelaku di Jakarta Utara berasal dari Tiongkok. ”Korbannya orang Tiongkok tapi dilakukan di Indonesia. Caranya sama, mengaku sebagai penegak hukum. Lalu, minta sejumlah uang,” tutur Argo.

Kini, polisi masih mengejar seseorang yang bernama Y. Argo mengungkapkan, Y adalah WNI. Y menyewa rumah yang berukuran 1.400 meter persegi tersebut ke Anton Sudarto, 77, pemilik rumah. Selain menyewa, polisi menduga jika Y juga menyimpan 29 paspor pelaku.

Argo menginformasikan, polisi tidak mendapatkan paspor di TKP. Polisi hanya mendapatkan 29 KTP Tiongkok. ”Ketika anggota menanyakan di mana paspor para pelaku, salah seorang pelaku menyebutkan dibawa oleh seseorang. Kami menduga Y ini. Penyidik masih bekerja sekarang,” tegasnya.

Tidak ingin kasus phone frauds dengan modus yang sama terulang kembali, Argo mengaku, telah menyiapkan strategi. Dia menuturkan pihaknya akan memperkuat koordinasi antara Polri dengan polisi lintas negara. Dengan begitu, jika ada kejahatan yang bersifat lintas negara bisa segera diselesaikan.

”Pengungkapan 29 pelaku ini juga berkat koordinasi Polri dengan Polisi Tiongkok kan. Polisi Tiongkok menginformasikan kejahatan para pelaku phone frauds, dan diduga dilakukan di Indonesia,” jelas Argo.

Selain itu, dia berjanjin untuk juga meningkatkan koordinasi dengan instansi di Indonesia yang berkaitan dengan internasional. Misalnya, Imigrasi. Namun, menurut Argo, masyarakat Indonesia juga harus terlibat untuk memantau kejahatan. ”Kalau ada yang mencurigakan di sekitar lingkungan kita, segera laporkan ke polisi,” tambahnya.

Berita Terkait

Tinggalkan Balasan