Satu Ruang, Tiga Pelajaran, 32 Murid
Sebagian pelajar Rohingya harus rela saling memunggungi untuk mengikuti dua pelajaran berbeda dalam satu ruangan. Seragam rata-rata usang dan sebagian nyeker. Tapi, antusiasme para murid Rohingya untuk bersekolah tetap tinggi.
DHIMAS GINANJAR, Sittwe
RUANG kelas itu tidak lebih dari 8 meter persegi. Di dalamnya berjubel 32 murid. Persoalannya, mereka tidak memperhatikan satu pelajaran yang sama.
Sebab, mereka hanya berbagi kelas. Ke-32 murid di SD negeri di Myanmar itu berasal dari tiga kelas yang berbeda. Jadi, pada jam yang sama, ada tiga pelajaran berbeda di ruang kelas tersebut.
”Bagaimana lagi, di sini cuma ada empat kelas,” kata Kyaw Min Tun, salah seorang guru di SD Negeri Desa Thet Kay Pyia Ywar Ma yang terletak tak jauh dari Sittwe, ibu kota Negara Bagian Rakhine, tersebut.
Pembangunan SD tersebut, bersama SD negeri di desa tetangga, La Ma Chae yang memiliki tiga kelas, dibantu dana dari para donatur Indonesia melalui PKPU Human Initiative. Muridnya para bocah muslim Rohingya.
Segala keterbatasan fasilitas itu, toh tak menyurutkan semangat para bocah. Padahal, seperti yang dirasakan Jawa Pos (Jabar Ekspres Group) sendiri yang berkunjung pada Senin lalu (11/9), sungguh tak mudah menjaga konsentrasi dalam satu ruangan berisi tiga kelas tersebut.
Sekat di SD Desa Thet Kay Pyia Ywar Ma hanya dari papan tripleks setinggi sekitar 170 sentimeter. Itu pun hanya berlaku untuk siswa grade (tingkat) 4 yang jumlahnya paling banyak. Yakni, 18 murid yang siang itu sedang belajar matematika dengan materi akar kuadrat. Gurunya perempuan bernama Myint Myint Tant.
Di sebelahnya, ada dua kelas berbeda. Pertama, untuk grade 5 yang sedang belajar bahasa Inggris dengan guru lelaki Kyaw Min Tun. Murid yang berada di tingkat itu hanya enam orang. Empat di antaranya adalah perempuan.
Satu kelas lagi adalah geografi untuk grade 6. Gurunya juga perempuan, Ma Shoe Pyu. Muridnya delapan. Dengan komposisi empat laki-laki dan empat perempuan. Untuk dua kelas itu, grade 5 dan 6, para murid harus duduk saling memunggungi karena masing-masing punya papan tulis yang berbeda.