Melihat Uji Coba Alutsista di Laboratorium Pengujian TNI-AD

Bagi prajurit TNI, alat utama sistem persenjataan (alutsista) sudah seperti nyawa. Karena itu, kondisinya harus terjaga dengan baik agar tetap berfungsi maksimal. Salah satu caranya adalah memeriksakannya secara rutin di laboratorium pengujian persenjataan TNI-AD.

SAHRUL YUNIZAR, Bandung


 

Dalam perang, yang utama bukan hanya kemampuan prajurit. Kemampuan senjata juga memegang peran vital. TNI sebagai garda terdepan penjaga NKRI pun perlu memastikan keduanya mesti siap dalam segala kondisi.

Untuk itu, TNI-AD mengandalkan Dinas Penelitian dan Pengembangan Angkatan Darat (Dislitbangad) untuk memastikan setiap alutsista yang mereka gunakan memenuhi standar sehingga aman serta berfungsi optimal saat digunakan.

Pekan lalu, secara khusus Jawa Pos (Jabar Ekspres Group) menyambangi Markas Komando Dislitbangad di Jakarta Timur dan Laboratorium Dislitbangad di Bandung Barat. Meski tidak dalam kondisi perang, dinas yang bekerja di bawah koordinasi kepala staf Angkatan Darat (KSAD) itu tidak berhenti bekerja.

Secara rutin, prajurit di bawah dinas tersebut menguji coba alutsista untuk digunakan matra mereka. Baik buatan perusahaan lokal maupun produk negara lain. Tidak satu pun alutsista sampai ke tangan prajurit TNI-AD tanpa uji Dislitbangad.

Karena itu, di Markas Komando Dislitbangad, berjejer sejumlah senjata yang sedang diuji coba di laboratorium. Di antaranya, rancang bangun alat bidik, rancang bangun senjata multilaras, rancang bangun pengolah air, rancang bangun pesawat tanpa awak, prototipe kendaraan amfibi, serta senjata api otomatis. Ada yang sudah dinyatakan lulus uji dan mendapat sertifikat. Ada pula yang masih dalam proses pengembangan.

Untuk dinyatakan lulus sertifikasi, setiap alutsista mesti menjalani ’’penyiksaan’’ lebih dulu. Misalnya, rancang bangun senjata multilaras. Sampai saat ini, senjata itu masih dikembangkan Dislitbangad. Padahal, kemampuannya sudah mentereng. Dari uji coba terakhir tercatat, senjata itu mampu menembakkan 3.000 peluru per menit. Jarak tembaknya juga cukup jauh.

’’Efektifnya 600 meter. Tapi, bisa lebih dari satu kilometer,’’ kata Mayor Inf Darmaji, kepala Seksi Rencana Kegiatan Bagian Materiil Umum Subdis Materiil Dislitbangad. Dia termasuk salah seorang prajurit yang terlibat dalam pengembangan senjata tersebut.

Tinggalkan Balasan