Mampu Hasilkan 1.000 Ton Buah

bandungekspres.co.id, NGAMPRAH – Dinas Pertanian dan Ketahanan Pangan Bandung Barat terus menggenjot produksi kopi setiap tahunnya. Sebab, Bandung Barat memiliki potensi besar untuk memproduksi kopi yang mampu melakukan ekspor ke berbagai negara.

”Bahkan, kopi ini mampu dikenal hingga ke sejumlah negara dengan jenis kopi arabika,” kata Kepala Dinas Pertanian dan Ketahanan Pangan Kabupaten Bandung Barat Ida Nurhamida di Ngamprah, kemarin (10/1).

Menurut Ida, produksi kopi Bandung Barat ditanam di lahan Perhutani dan perorangan. Namun, kebanyak memang ditanam di lahan Perhutani. Sebab, memilik lahan yang luas serta cocok dengan kondisi tanah dan faktor kondisi alamnya.

Terkait jumlah, kata dia, pihaknya belum mendatanya. Namun yang pasti sentra kopi tersebar di enam kecamatan. Mulai dari Kecamatan Sindangkerta, Gununghalu, Cikalongwetan, Cililin, Lembang dan Rongga.

Untuk jumlah petani mencapai 1.117 gabungan kelompok tani (gapoktan) yang terdata di Bandung Barat. Jumlah tersebut termasuk para petani khusus kopi yang tersebar di berbagai kecamatan. ”Hampir 50 persen masyarakat berprofesi sebagai petani,” ujarnya.

Sebagai upaya perhatian pemerintah daerah terhadap para petani, setiap tahunnya terus memberikan bantuan. Serta mendorong peningkatan kesejahteraan bagi para petani. Mereka diberikan pelatihan termasuk mengenal teknologi terbaru agar dapat diaplikasikan di lapangan.

”Setiap tahunnya kami memberikan bantuan agar para petani kita juga bisa sejahtera,” terangnya.

Bahkan, lanjut Ida, Bandung Barat mendapatkan 183.500 batang benih kopi Arabika Java Preanger dari Pemprov Jawa Barat, belum lama ini. Selain itu, Bandung Barat mampu memproduksi kopi hingga seribu ton cerry kopi setiap panen.

Selain itu, pihaknya menargetkan sewasembada beras berkelanjutan sejak 2009 hingga 2016 bisa berjalan terus. Saat ini, kata Ida, produktivitas beras di Bandung Barat mampu mencapai 6,3 ton per hektare. Sementara, luas lahan pertanian secara total mencapai 130 ribu hektare.

Dimana 51 persen merupakan kawasan budidaya pertanian dan sisanya bukan lahan pertanian. ”Artinya lahan pertanian masih cukup luas. Lahan budidaya pertanian itu merupakan lahan tanaman pangan, seperti beras, buah-buahan dan sayuran,” katanya.

Menurut Ida, tantangan pertanian di Bandung Barat cukup beragam. Mulai dari semakin banyaknya jumlah penduduk maka semakin dibutuhkan pangan. Terutama komuditas beras sebagai makanan pokok masyarakat Indonesia.

Tinggalkan Balasan