LGBT Sumbang Penularan AIDS

jabarekspres.com, CIMAHI – Keberadaan Lesbian,Gay, Biseksual dan Transesual (LGBT) diduga menjadi penyumbang terbesar penyebaran virus HIV dan Aids di Kota Cimahi.

Kepala seksi Pencegahan dan pengendalian penyakit menular dinas kesehata Kota Cimahi dr Romi mengakui, pergaulan sesama jenis memang memiliki kerentanan tertular HIV dan Aids. Sebab, selain melakukan hubungan seksual mereka biasanya adalah pengguna narkoba.

Menurutnya, penularan virus HIV sebenarnya bukan masalah orientasi seksual seseorang. Tetapi, seseorang terjangkit HIV disebabkan karena cara  berperilaku melakukan hubungan dengan berganti-ganti pasangan

Sehingga, aktivitas sex ini sangat rentan dan beresiko tertular.Terlebih mereka biasanya tampa menggunakan alat pengaman kondom.

Untuk LGBT sendiri  dianggap beresiko dalam penyebaran virus b biasanya kesadaran diri untuk menggunakan alat pengaman saat berhubungan sek sangat rendah. Selain itu karena rata-rata dari mereka tidak menikah menyebabkan untuk berganti-ganti pasangan lebih besar.

“Hal-hal seperti itu lah yang menjadikan mereka disebut penular dengan resiko yang lebih tinggi. Walaupun pada dasarnya bukan kepada orientasi seksualnya tetapi lebih kepada prilakunya,” Romi ketika ditemui diruang kerjanya kemarin (4/5)

Dia menyebutkan, secara nasional sebetulnya Indonesia itu angka heteroseksual yang kena HIV lebih tinggi daripada yang LGBT. Dan di Cimahi dan Bandung Raya, tren penularan virus ini banyak melalui LGBT, khususnya pada gay dan waria.

“Trens nya balik lagi ke tahun 1980 an.

Sehingga dulu ada singkatan AIDS itu Akibat Intim Dengan Sesama, karena pada awalnya menyebar di kalangan gay dan nyeberang ke heteroseksual,” sebutnya.

Sebelumnya, lanjut Romi, untuk awal-awal Tahun 1990 penyebaran virus ini trennya melalui jarum suntik. Namun karena programnya bagus seperti penggantian jarum suntik seteril sehingga penyebaran di kelompok ini bisa ditekan.

Dirinya menyebutkan, Berdasarkan data secara akumulatif penderita HIV-Aids pada 2005 sampai 2016 ada 307 kasus.

Sedangkan untuk 2017 sampai bulan april, yang konfirmasi positif ada 6 jadi total hingga April 2017 ada 313 kasus.

Selain itu, untuk penularan melalui ibu ke anak 18 kasus atau sebesar 6 persen, yang transmisi seksual 60 persen dan melalui jarum suntik 34 persen.

Berita Terkait

Tinggalkan Balasan