Langsung Laris Jadi Tempat Berswafoto

Dari atas jembatan kaca pertama di Indonesia, panorama warna-warni dua kampung destinasi wisata di Malang bisa dinikmati. Mampu menampung beban hingga 250 kilogram.

ARIS SYAIFUL ANWAR, Malang

PANGGUNG tempat mereka beraksi sejatinya tak lazim. Berdiri di atas sungai, setinggi hampir 10 meter. Di antara dua perkampungan padat penduduk di Kota Malang.

Tapi, belasan model itu nyaman saja memamerkan busana yang penuh warna Dengan sepatu berhak tinggi, berlenggak-lenggok, menatap lurus, sembari terus menebar senyum.

Seolah mengirim pesan betapa aman dan nyamannya jembatan tempat mereka beraksi Senin (9/10). Meskipun lantainya terbuat dari kaca.

Ya, yang jadi panggung 12 model tersebut adalah Jembatan Kaca Ngalam Indonesia. Itulah jembatan kaca pertama di Indonesia. Menghubungkan Kampung Warna-warni Jodipan di Kelurahan Jodipan dengan Kampung Tridi (3D) di Kelurahan Kesatrian, Kecamatan Blimbing, Kota Malang.

Sebelum jembatan dengan enam tali baja di sebelah utara tersebut dibangun, wisatawan yang ingin menikmati kedua sisi kampung jujukan wisata di Malang itu harus lumayan berkeringat. Menaiki puluhan anak tangga dan memutar lewat Jembatan Brantas sejauh sekitar 500 meter.

”Saya kira akan semakin banyak wisatawan lokal dan asing yang datang ke Kota Malang. Salah satunya ke jembatan ini,” kata Wali Kota Malang M. Anton setelah meresmikan jembatan tersebut.

Anton turut menjajal melintasi jembatan itu bersama pengasuh Pondok Pesantren Az Zainy Tumpang KH Zain Baik dan Wakil Presiden PT Inti Daya Guna Aneka Warna (Indana) Steven A. Sugiharto.  ”Saya tak berani melihat ke bawah. Langsung jalan saja ke depan hehehe,” kata Anton setelah menjajal melintas.

Dengan keberadaan Jembatan yang menghabiskan biaya Rp 1,2 miliar tersebut, berkunjung ke kawasan itu seolah mendapatkan paket 3 in 1. Dua kampung artistik penuh warna plus jembatan kaca satu-satunya di Indonesia.

Jembatan kaca tersebut mulai dibangun 8 Mei 2017. Tingginya mencapai 9,5 meter. Dengan panjang 20 meter dan lebar 1,25 meter, jembatan itu bisa menahan beban hingga 250 kilogram. Atau kira-kira sebanyak 50 orang.

Adalah Khairul Ahmad dan Mahatma Aji Pangestu yang mendesain jembatan tersebut. Dua mahasiswa Teknik Sipil Universitas Muhammadiyah Malang (UMM) itu ditunjuk lantaran pengalaman mereka sebagai juara Kontes Jembatan Indonesia dan Kompetisi Bangunan Gedung Indonesia pada 2015.

Tinggalkan Balasan