Komputer Kemenag pun Kena Serangan WannaCry

jabarekspres.com, JAKARTA – Serangan virus WannaCry benar-benar masif di Indonesia. Jika sampai Minggu lalu hanya komputer Rumah Sakit Dharmais, Jakarta, yang dilaporkan kena serang ransomware itu, Senin (15/5) ratusan laporan masuk ke Kemenkominfo. Baik dari instansi pemerintah dan swasta maupun perseorangan.

Instansi yang komputernya kena serangan WannaCry, antara lain, adalah Kementerian Pertahanan, Kementerian Agama, PT PAL, PTPN IX, dan PLN. Wakil Ketua Bidang Data Center Id-SIRTII (Indonesia Security Incident Response Team on Internet and Infrastructure) Bisyron Wahyudi membenarkan adanya serangan itu.

’’Tidak kena di database-nya, melainkan di komputer klien,’’ terangnya kemarin (15/5). Komputer klien yang dimaksud adalah satu atau beberapa komputer yang biasa digunakan staf di instansi tersebut.

Menurut dia, serangan kali ini tidak terlalu berbahaya. Sebab, yang diserang hanya komputer personal, bukan pusat data. Di luar RS Dharmais, tidak ada instansi yang servernya sampai diserang. Hingga kemarin sore, sedikitnya sepuluh perusahaan melaporkan kasus serangan ransomware. ’’Laporan lainnya dari perseorangan. Jumlahnya mencapai ratusan,’’ lanjutnya.

Rata-rata komputer yang diserang adalah pengguna operating system (OS) Windows 8 dan yang di bawahnya. Misalnya, Windows 7 dan Windows XP. Karena OS-nya tidak update, begitu kemasukan virus, komputer sudah tidak lagi bisa diselamatkan.

Sekjen Kementerian Agama (Kemenag) Nur Syam membenarkan bahwa ada komputer di instansinya yang terkena virus WannaCry. Namun, komputer itu adalah komputer pribadi pegawai. ’’Pegawai lantai 2 (kantor Kemenag Lapangan Banteng, Red). Bagian sekretariat,’’ jelas mantan rektor IAIN (sekarang UIN) Sunan Ampel Surabaya itu.

Dia menjelaskan, virus itu tidak menyebar ke layanan vital. Sebab, server Kemenag mati. Kasus tersebut tidak sampai merembet ke urusan data jamaah haji atau yang lainnya.
Untuk melayani pengaduan, lanjut Bisyron, pihaknya menyiapkan sepuluh staf. Mereka menerima pengaduan melalui telepon dan e-mail. ’’Kami menyarankan mereka untuk mengirimkan sampel data yang diserang, baik kepada kami maupun perusahaan-perusahaan antivirus,’’ ucapnya.

Bagaimanapun, data yang sudah terkena virus tidak bisa diselamatkan lagi, kecuali pengguna memiliki backup. Pemilik WannaCry meminta tebusan USD 300 atau Rp 4 juta untuk setiap komputer yang diserang.

Berita Terkait

Tinggalkan Balasan