Keterbatasan Fisik Tak Jadi Penghalang Prestasi

KETERBATASAN fisik tidak membuat Hana Maulana, 28, Kampung Sukamulya, Desa Bongas, Kecamatan Cililin putus harapan. Namun, dengan keterbatasan itu, dirinya mampu mengembangkan kemampuan yang dimilikinya.

HENDRIK KAPARYADI, BANDUNG BARAT

Saat ini, Hana memiliki kesibukan bekerja sebagai tim pembuat video animasi disalah satu jasa periklanan di Kota Bandung. Hana mendapatkan dukungan dari istrinya, Rina Susanti, 22. Bahkan, Hana dan istrinya yang juga sama-sama penyandang disabilitas ini, masing-masing saling mendukung dalam mengembangkan potensinya.

Istrinya tak kalah aktif, yakni memiliki kesibukan dengan mendirikan pondok belajar dan bermain bagi penyandang disabilitas. Hana mengaku, saat tinggal bersama orangtuanya di Kabupaten Purwakarta pernah merasakan tindakan diskriminasi dari sistem kebijakan pendidikan.

Saat itu, dirinya ditolak oleh salah satu Sekolah SMK Negeri. Hal ini disebabkan, karena kondisi salah satu lengan bagian kanannya yang tidak sempurna. Padahal jika dilihat dari nilai yang diraih saat SMP itu, ia berhak bisa lolos dan masuk ke sekolah yang diimpikannya tersebut.

”Karena penolakan tesebut, saat itu juga memiliki tekad untuk menjadi orang yang berprestasi dengan memiliki ilmu yang dibutuhkan oleh sebuah perusahaan,” katanya kepada wartawan di Cililin, belum lama ini.

Lantaran kecewa dengan kebijakan sistem pendidikan, Hana pun akhirnya memutuskan untuk langsung bekerja dengan bermodalkan ijazah SMP. Tak mudah bagi Hana untuk mendapatkan pekerjaan. Apalagi hanya bermodalkan ijazah SMP ditambah memiliki fisik yang kurang normal.

Setelah berjuang mencari pekerjaan, akhirnya sebuah pekerjaan beratpun terpaksa harus ia ambil. Sengan keterbatasannya, ia pun bekerja sebagai kuli bangunan untuk kemudian menjadi tukang pasang kabel telkom lalu kuli bangunan lagi.

”Pokoknya dari tahun 2009 sampai 2013, kerja saya kuli bangunan, karena siapa yang mau nerima saya kerja,” ujarnya.

Hingga pada suatu ketika, ia mendapat kesempatan untuk mengikuti program pelatihan yang digagas oleh Dinas Sosial Provinsi Jawa Barat. Hingga akhirnya berlanjut ke pelatihan-pelatihan berikutnya. Di mana salah satunya pelatihan yang digagas oleh Balai Besar Rehabilitasi Vokasional Bina Daksa (BBRVBD) Cibinong Bogor.

”Dari pelatihan-pelatihan ini saya mulai belajar komputer, dan suka komputer bahkan di BBRVD saya sempat diikutkan untuk ikut kompetisi badminton bagi sesama penyandang tuna daksa,” ungkapnya.

Berita Terkait

Tinggalkan Balasan