Kampung Lukis Jelekong Minim Penerus

jabarekspres.com, SOREANG – Keberadaan Kampung Giriharja di Kelurahan Jelekong Kecamatan Baleendah Kabupaten Bandung, sudah sejak lama dikenal luas sebagai kampung lukisan.

Pada era tahun 1980 hingga 2000 an, kampung ini terdapat kurang lebih 2000 orang pelukis, beberapa karya seniman telah keberbagai pelosok bahkan hingga ke mancanegara.

Namun, semakin hari jumlah para pelukis di kampung ini terus berkurang.Bahkan, saat ini hanya tersisa sekitar 600 orang seniman saja.

Iman Budiman (30) terlihat menerawang kemasa silam. Pelukis muda di Kampung Giriharja itu berusaha mengenang kembali kejayaan kampung lukisan di tempatnya.

Saat itu dia baru menginjak usia 7 tahun.Namun, Iman ingat betul geliat para seniman lukis di kampungnya ketika mnengacap masa kejayaan.

“Dulu disetiap pekarangan rumah dapat dengan mudah ditemukan berbagai lukisan yang tengah dikeringkan,”kenang dia kala itu.

Menurutnya, pada masa itu sekitar tahun 1980 sampai dengan tahun 2000. Sehingga, saking larisnya banyak warga kampung yang beralih profesi menjadi pelukis.

Menekuni sebagai pelukis memang menjanjikan. Sebuah lukisan berukuran 60×80 sentimeter dihargai Rp 450 ribu perlembarnya. Apalagi, untuk lukisan berukuran lebih besar harganya bisa mencapai puluhan juta rupiah.

Saat itu, kehidupan warga tergolong sejahtera. Tak ada warga yang hidup kekurangan. Sebab, berbagai lukisan selau laris manis dipasaran.

Pasar terbesar adalah Pulau Bali hingga mencapai 90 persen. Sedangkan sisanya dijual keberbagai daerah, seperti Jakarta, Jogjakarta, Pulau Sumatera, Kota Bandung dan lainnya.

Iman menceritakan, Sejarah terbentuknya Kampung lukisan diawali oleh Abah Odin sekitar tahun 70 an. Abah Odin mulai diikuti oleh keluarganya, kemudian menyebar kepada warga lainnya di kampung itu.

Hingga akhirnya, jumlah pelukis di kampung itu mencapai kurang lebih 2000 orang. Setiap rumah, membuat lukisan sesuai dengan pesanan dan selera pasar.

“Ini juga membuktikan pada kita semua, Karena dibentuk lingkungan,”katanya.

Kondisi ini berubah ketika terjadinya krisis moneter pada 1998 lalu. Sehingga, nilai tukar rupiah terhadap dollar Amerika. membuat harga bahan baku melambung tinggi

Ditambah, keamanan dalam negeri juga sangat berpengaruh terhadap berbagai kegiatan ekonomi. Seperti kasus bom Bali 1 dan 2, kemudian berbagai ancaman keamanan lainnya itu berpengaruh terhadap kunjungan wisatawan dan penjualan di Bali

Berita Terkait

Tinggalkan Balasan