Kampung Buricak Burinong Bisa Kurangi Pengangguran

jabarekspres.com, SUMEDANG – Rencana pembangunan Kampung Buricak Burinong di wilayah Waduk Jatigede, dinilai dapat meningkatkan perekonomian masyarakat sekitar. Seperti diungkapkan penggagas Kampung Buricak Burinong Herman Suryatman. Dirinya sendiri telah melakukan survey terhadap 157 Kepala Keluarga (KK) di Dusun Cisema Desa Pakualam Kecamatan Darmaraja.

“Kami telah survey ke lapangan. Di sana menunjukkan bahwa 48,80 persen masyarakat kini menganggur.

Padahal sebelumnya yang menganggur hanya 3,25 persen. Sebelum Jatigede digenang, masyarakat relatif produktif dengan mata pencaharian utama sebesar 78,05 persen dengan menjadi petani atau peternak,” kata Herman, kemarin (30/7).

Dengan adanya permasalahan tersebut, Herman menyebutkan jika Kampung Buricak Burinong harus dapat segera direalisasikan. Dia meyakini, hal itu akan menuai banyak manfaat dengan adanya Kampung Buricak Burinong tersebut. “Kita harus bergerak cepat untuk merubah keadaan dengan memanfaatkan segenap potensi yang kita miliki. Tidak elok rasanya kalau kita berpangku tangan menjadi pelajo (penonton) dan hanya menunggu bantuan atau proyek pemerintah,” ujarnya.

Selain itu, lanjut Herman, pembangunan Kampung Buricak Burinong menjadi langkah kecil untuk mengungkit daya tarik dan daya saing kawasan Cisema dan Puncak Damar melalui pengembangan wisata selfie. Sehingga nantinya, akan berdampak luas terhadap kawasan Jatigede maupun Sumedang. “Wisata akan menggerakan roda perekonomian dan memantik produktivitas masyarakat. Pada akhirnya pengangguran pun dapat diatasi,” sebut Herman.

Secara tidak langsung, menurutnya Kampung Buricak Burinong itu akan mengangkat potensi wisata di Waduk Jatigede. Terlebih saat ini sudah menjadi trend wisata global menuju wisata selfie. Dimana para pelancong mencari tempat unik dan menarik untuk dijadikan objek selfie lalu di upload di Instagram. Hal tersebut akan menjadi fenomena INSTAGRAMABLE yang mengkombinasikan keindahan alam, kekayaan budaya, kreativitas warga dan teknologi.

“Konsep kami sederhana. Amati, Tiru dan Modifikasi (ATM). Kampung Buricak Burinong memang mengadopsi model pemukiman warna warni yang sebelumnya sudah ada seperti di Malang, Semarang, Stockholm, Karibia, Rio De Janeiro dan lain sebagainya. Tapi kami akan modifikasi dengan teknologi pewarnaan empat dimensi. Dan kami kolaborasi juga dengan kearifan budaya lokal,” tuturnya.

Berita Terkait

Tinggalkan Balasan