Jabar Paling Banyak Alami Pergeseran Tanah

bandungekspres.co.id, BANDUNG – Jawa Barat menjadi provinsi yang paling banyak mengalami gerakan tanah selama 2016. Berdasarkan catatan Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi (PVMBG) Badan Geologi-Kementerian ESDM, tercatat 108 gerakan tanah terjadi di Jawa Barat dari jumlah keseluruhan secara nasional sebanyak 220 peristiwa.

Kepala PVMBG Kasbani mengatakan, berdasarkan rasio nasional, sebanyak 49 persen peristiwa gerakan tanah terjadi di Jawa Barat. Dengan jumlah korban jiwa yang dicatat PVMBG pada tahun 2016 sejumlah 213 orang. Jumlah ini terbilang cukup besar dibandingkan dengan bencana geologi karena sifat gertan sangat lokal namun memiliki dampak paparan yang cukup besar.

”Orang kalau lihat gunung meletus kan sudah ngeri duluan, tetapi kalau gerakan tanah sangat lokal,”  katanya dalam diskusi di kantor Badan Geologi Bandung, kemarin (27/2).

Kasbani berharap, pemerintah daerah di Jawa Barat dan juga seluruh Indonesia untuk melakukan antisipasi awal jika di wilayahnya terjadi gerakan dan retakan tanah. Caranya ditutup secepat mungkin.

Selain itu, pemerintah daerah juga diminta untuk lebih mengenali lagi zonasi gerakan tanah yang telah dipetakan dan disebarkan Badan Geologi serta lebih sering memeriksa wilayah tersebut.

”Gerakan tanah sering terjadi dikarenakan kejadian kecil tapi tidak diantisipasi dengan tepat,” ungkapnya.

Menurutnya, dalam dua bulan pertama 2017, sudah banyak terjadi peristiwa gerakan tanah. Rinciannya, sebanyak 96 pada Januari dan 56 pada Februari.  ”Jumlah korban jiwa yang jatuh sudah sebanyak 25 orang. Ini tentu sangat besar mengingat baru dua bulan di 2017,” jelas Kasbani.

Sementara, Kepala Bidang Mitigasi Gerakan Tanah PVMBG Supriati Andreastuti mengatakan, berdasarkan perkirakan pada 2017 intensitas hujan tinggi masih akan terjadi di seluruh wilayah Indonesia. Namun, wilayah yang akan terpapar hujan paling tinggi yaitu kawasan Indonesia Timur seperti Kalimantan Timur, Nusa Tenggara Timur, Sulawesi Utara dan Tenggara, Maluku Utara, dan Papua. Menurutnya, keseluruhan daerah tersebut dikhawatirkan akan terdampak besar dari kejadian curah hujan tinggi dan peta gerakan tanah.

”Karena karakter tanah mereka memang sudah merah berdasarkan peta zonasi gerakan tanah, ditambah curah hujan yang tinggi maka potensinya akan lebih besar,” pungkasnya.  (dn/rie)

Tinggalkan Balasan