Hasil Survei, Tak Jamin Elektabilitas Tetap

jabarekspres.com, BANDUNG – Adanya lembaga survey yang selalu berkiprah dalam setiap ajang Pemilu di Indonesia, sebetulnya memberikan nuansa tersendiri bagi masyarakat yang membutuhkan hasil lebih cepat dengan metode Quickcount.

Namun, berdasarkan penilaian Direktur Lingkar Studi Informasi dan Demokrasi, Dedi Barnadi, hasil dari lembaga survey yang saat ini berkembangan tidak menjadi jaminan elektabilitas seseorang akan selalu berada di atas.

Dedi mencontohkan, meskipun berdasarkan survey-survey elektabilitas Ridwan Kamil saat ini berada di atas angin, tetapi masih sangat rentan terjun bebas. Sebab, seiring masih panjangnya sisa waktu Pemilihan Gubernur (Pilgub) Jawa Barat, situasi politik dan opini masyarakat akan terus berkembang.

Menurutnya, ketidakpastian ini bisa disebabkan beberapa faktor di antaranya, setiap hasil survei itu memiliki batasan masa kedaluarsa yang bervariasi. Ketika momentum politiknya masih lama, maka masa kedaluarsanya pun lebih panjang. Sebaliknya, jika momentumnya sudah dekat, masa kedaluarsanya semakin pendek.  ”Saat sudah dekat, hitungannya bisa detik, menit, jam, hari, atau minggu,” katanya.

Kendati begitu jika melihat opini masyarakat terhadap Ridwan Kamil yang berkembang masih sangat rentan terjun bebas. Terlebih, pascadeklarasi dukungan dari Partai Nasional Demokrat (NasDem) kepadanya, opini publik di berbagai media, terutama media sosial cenderung miring.

Dia mencontohkan elektabilitas Dede Yusuf dalam Pilgub Jabar 2013 lalu yang merosot tajam akibat opini yang berkembang di masyarakat.  ”Dengan berjalannya waktu ditambah kerja-kerja politik dari tim sukses, opini, hingga penggalangan massa, elektabilitas Dede Yusuf akhirnya turun juga,” paparnya.

Meski enggan menghakimi hasil survei yang menempatkan Ridwan Kamil di posisi teratas tidak objektif, namun Dedi mengingatkan, survei yang baik harus mengungkapkan metodologi, karakter responden, hingga margin of error secara menyeluruh.

“Lembaga survei pun harus berani mengungkap siapa yang mendanai survei tersebut. Masyarakat harus tau, karena umumnya hal ini tidak diungkapkan,” bebernya.

Senada dengan Dedi, peneliti dari Sinergi Riset Nusantara Eko Arief Nugroho menjelaskan, jarak pelaksanaan survey dengan pencoblosan yang masih terpaut jauh sangat memungkinkan terjadinya penurunan persentase elektabilitas yang diakibatkan dinamika politik.

Berita Terkait

Tinggalkan Balasan