Harga Garam Melonjak Lagi

SUBANG-Harga garam di Kabu­paten Subang kembali melonjak. Harga yang semula hanya Rp3000 kini menjadi Rp8.500 per bungkus. Kenaikan harga garam ini mulai berdampak terhadap para pengu­saha telur asin dan pelaku usaha kerupuk.

Pelaku Usaha Telor Asin Ru­mahan, Adecih (43) mengaku kenaikan harga garam sangat berdampak terhadap usahanya. Bahkan dalam satu bulan terakhir, dirinya memilih tak memproduksi telur asin. Harga garam menjadi salah satu pertimbangan usah­anya dihentikan untuk sementara. Selain sulit didapatkan, harga garam yang ada di pasaran saat ini cukup tinggi.

“Garam kan menjadi salah satu bahan utama pembuatan telor asin. Saat ini mengalami kelang­kaan dan sulit didapatkan,” un­gkap warga Blok Kopti, Subang tersebut.

Biasanya, kata Adecih, dirinya memproduksi telur asin bisa men­capai 40 butir dalam sehari. Na­mun karena ada kenaikan pada harga garam, dirinya memilih berhenti sementara memproduksi telur asin.

Hal yang sama diungkapkan pelaku usaha kerupuk dorokdok, Wijaya (45). Menurut Wijaya, cuaca hujan yang melanda sejum­lah daerah di Kabupaten Subang membuat produksi kerupuknya tidak stabil. Apalagi selama pen­geringan kerupuk olahannya sangat bergantung kepada sinar matahari.

“Jika dipaksakan juga tidak bisa. Kerupuk kan harus dijemur den­gan sinar matahari yang cukup,” ujar Wijaya.

Bahkan saat cuaca ekstrim terja­di, kata Wijaya, tak jarang kerupuk yang seharusnya dijemur, harus dikembalikan lagi ke adonan.

“Sudah satu minggu ini stop dahulu untuk produksi kerupuk, sambil nunggu cuacanya mem­baik,” tutur warga Sompi, Subang tersebut.

Masih menurut Wijaya, selama ini memproduksi kerupuk, dirinya sangat tergantung pada garam. Sehingga kenaikan harga garam dalam sepekan terakhir sangat berdampak terhadap usahanya.

“Repot kalau garam terus naik harganya,” tandasnya.

Sementara itu Kabid Perdagan­gan DKUPP Subang, H Nurudin tak menapik harga garam dalam dua bulan terakhir mengalami kenai­kan yang cukup fantastis. Kenaikan harga garam, menurutnya, dipicu oleh minimnya pasokan.

“Subang kan ngga punya petani garam. Apalagi kondisi seperti ini, pasokan garam ke Subang terba­tas,” tuturnya.(ygo/din)

Berita Terkait

Tinggalkan Balasan