Harga Cabai Bertahan Tinggi

bandungekspres.co.id, JAKARTA – Harga komoditas cabai rawit merah masih bertahan tinggi. Hampir di semua pasar di kawasan Jakarta, harga cabai rawit merah masih lebih dari Rp 100 ribu per kilogram. Di Pasar Kramat Jati, misalnya, kemarin harga cabai rawit merah menembus angka Rp 150 ribu per kilogram.

Menteri Pertanian Andi Amran Sulaiman mengakui bahwa harga cabai rawit merah masih tinggi. ”Masih ada (yang tinggi, Red). Tapi, sebagian sudah mulai menurun, ‘kan?” katanya kepada wartawan setelah menghadiri pembukaan bazar Ikatan Wanita Pengusaha Indonesia (Iwapi) di Thamrin City, Jakarta, kemarin. Selama harga cabai rawit merah masih tinggi, Amran menganjurkan masyarakat mulai menanam sendiri di pekarangan rumah.

Salah satu langkahnya ialah menjalankan program kawasan rumah pangan lestari (KRPL) dengan mendistribusikan 10 ribu bibit cabai kepada kelompok-kelompok masyarakat. Melalui program tersebut, Amran yakin betul masyarakat tidak akan lagi panik jika harga cabai rawit merah melonjak. Bahkan, ibu rumah tangga bisa menghemat pengeluaran bulanan karena tidak perlu beli cabai lagi. ”Cabai dan sayurannya pun sehat karena dipanen di pekarangan rumah sendiri,” tuturnya.

Amran menambahkan, ibu-ibu rumah tangga memiliki peran sangat penting dalam urusan ketahanan pangan nasional. Salah satunya dengan memenuhi kebutuhan pangan dari produksi skala rumahan sendiri. Amran mengasumsikan, satu rumah tangga bisa menghemat pengeluaran dapur hingga Rp 1 juta per bulan jika para ibu dapat menanam berbagai sayuran di halaman rumah.

Bila satu rumah tangga hemat Rp 1 juta dikalikan 60 juta rumah tangga seluruh Indonesia, dalam satu bulan bisa ada penghematan Rp 60 triliun. ”Kalau dikali 10 bulan, kita hemat lagi Rp 600 triliun,” ujarnya.

Kepala Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian Muhammad Syakir menyatakan bahwa geliat program tersebut sudah terasa. Terlebih saat harga cabai melonjak dan tidak berangsur turun. Jumlah permintaan bibit cabai rawit merah ke Kementan meningkat dalam sebulan belakangan. ”Memang betul terjadi peningkatan. Sekitar 20 persen peningkatannya,” ungkap dia.

Syakir menambahkan, naiknya permintaan bibit cabai merah itu menjadi sinyal baik bahwa masyarakat punya keinginan untuk bisa memenuhi kebutuhan sendiri dengan bercocok tanam. Kata dia, setelah budaya bercocok tanam kuat, pihaknya akan mulai gencar melakukan sosialisasi teknologi pascapanen.

Berita Terkait

Tinggalkan Balasan