Gurauan Warga Jadi Penyulut Semangat

Iptu Candra harus memanggul Isak Linggi melewati gunung, hutan, dan sungai selama berjam-jam. Isak mengalami luka bakar sejak Maret lalu dan belum sekali pun tersentuh perawatan medis.

ASNAWI ZIKRI-STEVEN LAGUNI, Banggai

LUKA bakar di kaki kanan pria itu sudah demikian memburuk. Tulang keringnya sampai terlihat. Sementara kulit dan daging pada bagian yang terluka telah pula membusuk.

Tapi, tetap saja tawaran pertolongan dari dua polisi yang mendatangi rumahnya, Iptu Candra dan Aipda Basuki Rahmat Hidayat, tak langsung diterima. Isak Linggi, pria tersebut, bersikukuh untuk dirawat di rumah saja. Menggunakan obat-obatan tradisional.

Candra yang didampingi aparat Desa Doda Bunta, Kabupaten Banggai, Sulawesi Tengah (Sulteng), butuh waktu sekitar setengah jam untuk memberikan pemahaman kepada Isak dan keluarga. Bahwa biaya pengobatan mereka akan ditanggung pemerintah. ”Barulah kemudian dia bersedia untuk diajak berobat,” ujar Candra yang juga Kapolsek Bunta kepada Luwuk Post (Jawa Pos Group).

Tapi, persoalan tidak lantas selesai di situ. Isak dan keluarga merupakan warga suku terasing, suku Saluan, yang mendiami kawasan sangat terpencil di Dusun Mumpe. Jaraknya sekitar 5 kilometer dari pusat Desa Doda Bunta. Dengan jalur sangat berat: naik turun gunung, melintasi hutan dan semak, serta menyeberangi sungai.

Itu pula yang membuat luka Isak memburuk selama ini. Sulitnya medan, plus kesulitan ekonomi, membuat luka yang dialami pada Maret lalu itu tak tersentuh perawatan medis.

Sampai kemudian Candra dan anggota Polsek Bunta mendengar kondisinya. Setelah berkoordinasi dengan aparat desa, pemerintah Kecamatan Simpang Raya, serta Dinas Kesehatan dan RSUD Luwuk, berangkatlah Candra dan Basuki yang merupakan babinkamtibmas Doda Bunta serta aparat desa setempat. ”Kami berangkat jam 6 pagi (Senin lalu, 16/10) dari Doda Bunta dan sampai jam 9 pagi di Mumpe,” kata Candra.

Mereka berangkat tanpa membawa pasien. Bagaimana baliknya yang akan melewati rute yang sama? Saat Isak harus dibawa menuju tempat ambulans menunggu di Bunta untuk membawanya ke puskesmas. Padahal, pria 43 tahun tersebut tak mungkin diminta berjalan. Digotong dengan tandu juga sulit dilakukan di medan seberat itu.

Berita Terkait

Tinggalkan Balasan