Gunakan Medsos untuk Perubahan

SOSOK Rd. Ajeng Kartini selalu dikaitkan dengan emansipasi perempuan. Perjuangan Kartini di masa kolonial Belanda dalam melawan diskriminasi perempuan dalam penyamaan gender hingga muncul istilah emansipasi perempuan.

Namun zaman terus berubah. Jika 100 tahun lalu, Kartini menyuarakan hak-hak melalui tulisan dan korespondensi (berkirim surat), kini perempuan Indonesia memiliki media sosial yang bisa menjadi senjata.

Menurut Staf Sekretaris Pribadi Pimpinan (Sisprim) Polda Jawa Barat Bripda Ismi Aisyah perubahan zaman tidak bisa dihindari. Kemajuan teknologi informasi harus dijadikan sarana bagi perempuan Indonesia dalam melanjutkan cita-cita Kartini.

Ismi merasakan sendiri bagimana kemajuan teknologi informasi saat ini. Dirinya dengan mudah dikenal luas oleh masyakarat melalui instagram.

”Di zaman keterbukaan informasi ini, seharusnya perempuan lebih memiliki peran penting dalam pembangunan. Kartini saja yang dulu hanya berkirim surat, bisa mengubah suatu tatanan budaya. Apalagi sekarang kita dipermudah dengan elektronik, seharusnya benar-benar memanfaatkannya dengan hal positif,” ujar Ismi kepada Jabar Ekspres di Mapolda Jabar, Jalan Soekarno Hatta, Kota Bandung, belum lama ini.

Dengan instagram-nya yang mencapai 374 ribu pengikut, Ismi mengaku mudah melakukan kampanye. Seperti kampanye anti narkoba, kesadaran berlalu lintas, hingga terakhir, imbauan untuk menjaga keamanan selama pilkada serentak.

Pemilik akun instagram ismiaisyah20 ini mengatakan, perempuan harus lebih mengekplore kemampuannya di media sosial. Jangan sampai, media sosial hanya digunakan untuk ajang pamer dan narsis.

”Kita juga harus lebih bijak menggunakan medsos. Sudah banyak orang terjerat kasus karena menyalahgunakan medsos. Sekarang ka nada Indang-undang ITE (informasi dan transaksi elektonik), jadi jangan mentang-mentang bebas berpendapat malah kebablasan,” ujar dia.

Mengenai perjuangan Kartini, dirinya berharap perempuan Indonesia selalu mengambil pelajaran. Menurut dia, Kartini seorang pejuang pendidikan. Untuk itu, perempuan Indonesia harus meniru semangat belajar Kartini.

”Wawasan sangat penting. Sebab, dengan wawasan yang luas kaum perempuan tidak akan diperbudak oleh laki-laki. Maraknya kasus kekerasan dan jual beli perempuan itu karena memang si perempuan itu kurang wawasan,” ujar dia.

Berita Terkait

Tinggalkan Balasan