Dihantui Pemadaman Listrik

Dia sudah berjanji akan menghukum guru yang berbuat curang pada USBN maupun unas. Sanksi itu untuk memberikan efek jera. Pengusutan sampai keluar rekomendasi pemecatan nanti akan melibatkan organisasi profesi guru. ”Sebagai sebuah profesi, akan dibuktikan bersama bahwa ada etika profesi yang dilanggar,” imbuhnya.

Meskipun lima orang guru itu terancam pemecatan, prosesnya tidak seketika. Karena masih menunggu hasil investigasi tim Itjen Kemendikbud di lapangan. Kemudian juga akan melihat bagaimana respons organisasi profesi guru itu. ”Intinya, Kemendikbud sebatas mengusulkan penjatuhan sanksi pemecatan. Bukan Kemendikbud yang memecat guru,” jelasnya.

Mantan rektor Universitas Muhammadiyah Malang (UMM) itu menegaskan, saat ini Kemendikbud sedang gencar kampanye menegakkan kejujuran di sekolah. Kalau ada guru yang curang, termasuk saat ujian akhir, sama dengan menyayat mental anak-anak yang sedang dipupuk untuk jujur. Muhadjir tidak ingin ada guru membantu siswa curang saat ujian dengan alasan apapun. Kecurangan itu seperti membocorkan soal ujian, menyebar kunci jawaban, dan membantu siswa mengerjakan soal ujian.

Guru tak perlu kasihan jika muridnya tidak bisa mengerjakan soal ujian. Justru dengan demikian, Kemendikbud bisa mengetahui apa saja materi yang kurang diserap siswa. Sehingga tahun berikutnya bisa dilakukan perbaikan. Pengukuran itu tidak bisa dilihat jika hasil ujian siswa ternyata hasil curang. Dia ingin USBN dan unas berjalan dengan penuh kejujuran. Bahkan, jika USBN sudah berjalan jujur, unas bisa dihapus.

”Anggaran unas itu Rp 500 miliar. Bisa dialokasikan ke yang lain,” kata dia. Misalnya membangun rumah dinas guru, pelatihan guru, dan yang lainnya.

Irjen Kemendikbud Daryanto tidak menampik kabar pengusutan guru yang berbuat curang itu. ”Jumlahnya memang kurang lebih lima orang guru,” kata dia.

Daryanto juga belum bersedia membeber lokasi para guru itu. Dia mengatakan, umumnya para guru yang kini diusut itu membocorkan soal ujian. Selain itu ada yang membuat kunci jawaban. Diakuinya, pelaksanan dan pengawasan USBN memang lemah. Seperti soal ujian digandakan sendiri di sekolah, sehingga cukup mudah dibocorkan.

”Selain itu hampir semua pelaksanaan USBN belum berbasis komputer,” katanya. Sehingga peluang kecurangannya cukup besar. Variasi soal USBN tidak sebanyak dengan ujian nasional berbasis komputer (UNBK).

Berita Terkait

Tinggalkan Balasan