Di Cimahi Belum Ditemukan Kasus Difteri

jabarekspres.com, CIMAHI – Maraknya penyebaran penyakit Difteri harus diwaspadai sebagai penyakit yang bisa menyerang siapa saja.

Kepala Bidang Pencegahan dan Pengendalian Penyakit (P2P) pada Dinas Kesehatan Kota Cimahi dr. Ars Agustiningsih, mentakan, berdasarkan laporan perbulan November 2017, kasus infeksi difteri di Jawa Barat mencapai 109 kasus dengan 13 orang diantaranya meninggal dunia.

Menurutnya, kasus difteri menyebar di 17 kabupaten dan kota di Jawa Barat. Sementara di Kota Cimahi dia mengaku belum menemukan warga yang menderita penyakit Difteri.

“Alhamdulilah di Cimahi belum ada. Semoga tidak ada kasus difteri,”jelas A rs ketika ditemui kemarin (4/12)

Dirinya memaparkan, Difteri merupakan infeksi bakteri yang umumnya menyerang selaput lendir pada hidung dan tenggorokan, serta terkadang dapat mepengaruhi kulit.Bahkan, penyakit ini sangat menular dan termasuk infeksi serius yang berpotensi mengancam jiwa baik anak-anak maupun orang dewasa.

“Ciri khasnya seperti ada selaput putih di tenggorokan. Biasanya kelihatan kalau diperiksa dokter. Selain itu juga biasanya batuk pilek dan nyeri tenggorokan, bahkan tenggorokannya itu sampai membengkak,” jelas Ars.

Kendati belum diterima laporan mengenai kasus Difteri, untuk memastikan penyebaran Difteri di Cimahi, pihaknya akan menyidak seluruh rumah sakit yang ada di Kota Cimahi.

“Sebagai kewaspadaan dini, teman-teman dari Dinkes sekarang mau melacak ke rumah sakit yang ada di Cimahi. Harapan kami sih tidak ada kasus difteri di Cimahi,” tuturnya.

Menurutnya, penyakit tersebut bisa menular melalui percikan udara saat bersin atau batuk dari orang yang sudah terinfeksi terhadap orang-orang disekitarnya. Untuk itu, pemeriksaan terhadap kasus difteri tak hanya berlaku bagi orang yang terinfeksi, namun juga berlaku bagi semua anggota keluarga yang berinteraksi langsung.

“Terutama yang daya tahan tubuhnya lemah. Dominan anak-anak, karena daya tahan tubuh anak-anak lebih rentan. Dewasa juga ada. Jadi bukan cuma yang kena difteri saja, tapi semua akhirnya harus diperiksa,” bebernya.

Khusus anak-anak, lanjut Ars, sebaiknya diberikan vaksin Difteri, Pertusis dan Tetanus (DPT), yang diberikan kepada bayi saat berumur 2-4 bulan. Kemudian, rutin mengikuti Bulan Imunisasi Anak Sekolah (BIAS) difteri vaksin dari kelas I hingga kelas III Sekolah Dasar (SD).

Berita Terkait

Tinggalkan Balasan