Demiz: Netizen Tak Sadar Medsos Ruang Public

bandungekspres.co.id, SUMEDANG –  Wakil Gubernur Jawa Barat, Dedi Mizwar mengajak para pengguna internet untuk lebih cerdas dalam mencari, menulis dan menyebarkan berita. Meskipun sebut dia di era digital informasi seperti saat ini masyarakat bisa lebih mudah untuk mencari, menulis dan menyebarkan berita sendiri yang dibuatnya.

”Sebegitu canggihnya teknologi digital informasi saat ini. Pada satu sisi situasi semacam ini tidak salah, karena informasi publik merupakan hak semua orang dan tujuan kehadiran media pun tidak terlepas pada terbentuknya masyarakat yang terinformasi (waliform citizen), namun pada sisi lain masih rendahnya tingkat literasi dikalangan masyarakat telah mengakibatkan para pengguna media sosial lupa diri,” kata Dedi Mizwar saat menghadiri Milad ke-7 Harian Pagi Sumedang Ekspres (Jabar Ekspres Grup), Kamis (9/3).

Padahal sebut dia, postingan atau cuitan yang diungkapkan seseorang di media sosial akan berdampak langsung pada orang lain dan bahkan bisa berbalik pada dirinya sendiri.

Tidak hanya itu, belakangan ini sebut Demiz –sapaan Dedi Mizwar, fenomena media sosial telah juga dimanfaatkan oleh pihak yang tidak bertanggung jawab, untuk menciptakan keresahan di masyarakat dengan cara sengaja menghebuskan hoax (berita palsu). Terutama yang berbau sara dan isu sensitive lainnya. “Dan celakanya kecenderungan pengguna medsos yang tidak cermat, malah menjadikan berita bohong semakin tersebar luas. Akibatnya tidak sedikit kegaduhan bahkan terjadi konflik horizontal yang terjadi akibat terprovokasi oleh berita palsu dan bahkan fitnah yang kandung tersebar luas,” tambahnya.

Dia pun berulang kali mengajak para netizen yang sudah kadung menyebarkan berita hoax untuk membaca istigfar.

Karena hal itulah, ujar Demiz, literasi media menjadi penting agar netizen menjadi sadar, cermat dalam menyikapi bertebarannya berita palsu yang kerap mewarnai lini masyarakat di jejaring media sosial. ”Jadi pada saat yang sama media massa mainstream, harus ambil bagian untuk menolak berita sampah, antara lain dengan terus memperkuat profesionalistas dari para wartawannya dalam meramu beritanya,” tandasnya.

Selain itu, media massa mainstream harus cepat menyesuaikan dengan tren media digital untuk membangun penggunaan internet yang positif. Karena sebutnya, berdasarkan hasil sebuah survey penggunaan internet tertinggi mengakses jejaring sosial sebanyak 87,5 persen, sementara untuk pencarian berita hanya 57 persen.

Berita Terkait

Tinggalkan Balasan