Deliana Fatmawati, Wasit FIFA Perempuan Satu-satunya Indonesia

Deliana Fatmawati berupaya keras menyembuhkan cedera agar bisa melakoni debut sebagai wasit berlisensi FIFA di akhir tahun nanti. Sisi girlie-nya tetap tak ketinggalan ketika memimpin pertandingan.

ANDRA N OKTAVIANI, Bandung

ENAM bulan sudah Deliana Fatmawati harus menjauh dari lapangan hijau. Dan memendam dalam-dalam dulu keinginan memetik buah perjuangan panjang menjadi wasit FIFA.

Cedera tendon achilles yang dialami Maret lalu jadi penyebab. Memang sudah dioperasi. Namun, proses fisioterapi lanjutan masih harus dijalani perempuan bernama lengkap Deliana Fatmawati Junior Kaban itu sampai sekarang.

”Gara-gara cedera ini, aktivitas olahraga Deli (sapaan Deliana, Red) sangat minim. Badan melar, biasanya 52 kilogram, sekarang 60 kilogram,” kata perempuan kelahiran Medan pada 8 Juli 1988 tersebut, lantas tersenyum.

Padahal, sebenarnya tugas memimpin pertandingan sudah menumpuk. Maklum, Deli termasuk satu di antara enam saja wasit berlisensi FIFA yang dimiliki Indonesia. Dan dia satu-satunya yang perempuan!

Setidaknya dua ajang internasional terlewatkan selama dia cedera.

”Akhir tahun ini juga ada pertandingan internasional di luar negeri. Semoga sudah bisa memimpin,” harapnya saat ditemui di Lapangan Se­pak Bola Lodaya, Bandung, Rabu lalu (20/9).

Deli butuh proses panjang dan berliku sebelum akhirnya pergulatannya dengan sepak bola berujung pada lisensi wasit FIFA Januari lalu. Ba­nyak tantangan, juga resistan­si. Deli masih ingat betul kekagetan ibunya ketika di­rinya meminta izin jadi pese­pak bola, apalagi saat memo­hon restu jadi wasit. ”Mamak bilang ngapain ko jadi wasit. Nanti diprotes dan dimarahi orang,” katanya menirukan ucapan ibunya.

Perempuan berdarah Batak itu pun terpaksa jalan tanpa restu sang mamak. Sebab, dia sudah tak mungkin dipisahkan dari sepak bola. Tidak kurang dari enam tahun dia habiskan untuk meniti jalan menjadi wasit FIFA. Mulai level terba­wah nasional C3 pada 2011. Dilanjutkan dengan lisensi C2 setahun kemudian.

Tapi, ganjalan datang. Ke­tika seluruh tahapan ujian telah diikuti, ternyata ada perubahan kuota wasit pe­rempuan. ”Jadinya Deli batal dapat lisensi itu. Kesal dan marah pastinya,” kenang dia.

Tinggalkan Balasan