Delapan Daerah di Jabar Kekeringan, Ribuan Hektar Sawah Gagal Panen

jabarekspres.com, BANDUNG – Delapan kabupaten/kota di Jawa Barat darurat kekeringan. Meski belum dirasa masif, namun musim hujan diprediksi baru turun pada September mendatang.

Gubernur Jabar Ahmad Heryawan mengatakan, situasi tersebut terjadi karena dampak musim kemarau. Tercatat selama 60 hari tidak ada hujan turun.

”Darurat kekeringan mungkin di beberapa daerah saja. Darurat itu di Ciamis, Cianjur, Indramayu, Karawang, Kuningan, Sukabumi, Banjar dan Tasikmalaya,” katanya di Gedung Sate, Bandung, kemarin (13/9).

Dia menilai kondisi kekeringan di Jabar masih relatif biasa. Namun, di delapan kota/kabupaten tesebut dirasakan cukup parah. ”Sebab, (musim) kemaraunya biasa-biasa juga. Tidak ada hujan lebih dari 60 hari hanya di beberapa tempat. Di semua tempat masih di bawah 60 hari,” tuturnya.

Pria yang akrab disapa Aher itu menambahkan, dari laporan Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG) memperkirakan, pada September nanti di Jabar memasuki musim hujan.

Meski demikian, Pemprov Jabar telah menyiapkan se­jumlah langkah antisipasi untuk membantu daerah yang mengalami kekeringan se­perti menurunkan bantuan pompanisasi.

Sementara itu, petani di di Kecamatan Arjasari, Kabu­paten Bandung terancam gagal tanam. Sebab, saluran irigasi yang mengairi sawah di wilayah tersebut mengering.

Menurut pantauan, padi yang baru tumbuh setinggi 10-15 cm dan usia sekitar satu-dua bulan itu dibiarkan dan banyak ditumbuhi rum­put liar. Selain itu tanah sa­wahnya pun mengering dan menimbulkan retakan.

Salah satu petani di Kam­pung Patrolsari Desa Pa­trolsari, Kecamatan Arjasari, Jeje Jaenudin mengaku, seluruh padi yang ditanam di lahan miliknya akan te­rancam gagal tanam jika tidak segera dialiri air. Sebab, tidak ada pasokan sedikitpun.

Jeje mengungkapkan, dia sudah tidak punya modal lagi untuk memasang mesin pompa air dan selang sepan­jang 200 meter untuk meny­alurkan air dari Sungai Cikieum ke sawah miliknya.

Sejauh ini dia sudah meng­gelontorkan Rp 6 juta untuk digunakan biaya membajak sawah, membeli benih dan pupuk.

”Saya sudah rugi Rp 6 juta. Saya kita tidak akan kemarau panjang. Saya hanya pasrah saja, ya mau apalagi, kecua­li ada bantuan dari pemerin­tah,” urainya.

Berita Terkait

Tinggalkan Balasan