Dana Riset 2018 Capai Rp 23 T

jabarekspres.com, JAKARTA – Dana riset di Indonesia ternyata cukup besar. Tahun depan dana riset yang bersumber dari APBN mencapai Rp 23 triliun.

Hanya saja, tanpa pengelolaan yang baik dana superjumbo itu berpotensi tidak menghasilkan inovasi yang signifikan. Hal itu disampaikan Dirjen Riset dan Pengembangan (Risbang) Kemenritekdikti Muhammad Dimyati di Jakarta kemarin (17/9).

Dimyati mengatakan, dana riset itu mampu membiayai 15 ribu proyek penelitian. Persoalannya adalah dana itu tersebar di banyak kementerian dan lembaga pemerintah nonkementerian (LPNK). ’’Jadi anggarannya ngecer (tersebar) di mana-mana,’’ jelasnya.

Menurut Dimyati, dengan kondisi anggaran riset yang menyebar ke mana-mana itu, berpotensi memunculkan sebuah penelitian atau riset yang dobel atau duplikasi. Artinya riset yang sama, te­tapi dilakukan oleh peneliti dari instansi yang berbeda.

Dia menjelaskan saat ini sedang digodok ketentuan arah riset nasional. Sehingga riset-riset yang didanai dari APBN bisa terfokus.

Saat ini ada sembilan fokus riset pemerintah. Seperti riset di bidang energi, pangan, kesehatan, dan transportasi publik. Nah untuk masing-masing bidang itu, jenis ri­setnya sangat banyak. Ke depan setelah ada riset induk nasional, diharapkan pene­litian untuk masing-masing bidang dibatasi. Sehingga bisa fokus dan menghasilkan inovasi serta dampak positif bagi masyarakat luas.

Dimyati juga menuturkan, salah satu penopang kegiatan riset adalah perguruan tinggi. Baik itu perguruan tinggi ne­geri maupun swasta. Dia ber­harap yayasan atau penyel­enggara perguruan tinggi swasta memiliki kepedulian mengucurkan dana riset lebih besar kepada pengelola atau rektorat. ’’Kepada para yaya­san, mari evaluasi bersama. Apakah selama ini sudah besar dana risetnya,’’ jelasnya.

Menurut Dimyati, masih ada yayasan yang menganggap belanja riset merupakan ke­giatan menghabiskan uang. Dimyati berharap pola pikir seperti itu diubah. Diganti dengan keyakinan bahwa belanja riset itu untuk in­vestasi. Sebab jika sampai pada inovasi, kampus bisa mendapatkan royalti.

Ketua Umum Aliansi Penyel­enggara Perguruan Tinggi (Apperti) Jurnalis Uddin me­nyatakan komitmennya untuk mendukung kegiatan riset di perguruan tinggi. Namun dia mengakui bahwa kondisi keu­angan masing-masing kampus itu beragam. ’’Ada kampus yang kuat dan tidak seberapa kuat,’’ jelasnya.

Tinggalkan Balasan