Cadangan Air Tanah Menurun

jabareskpres.com, SOREANG – Pembangunan industri di sepanjang aliran Sungai Citarum menjadi salah satu penyebab semakin menyusutnya persediaan air tanah. Tak hanya itu, keberadaan industri ini juga menyebabkan penurunan ketinggian tanah (elevasi) di kawasan industri.

”Pengambilan air tanah yang dilakukan oleh berbagai pabrik di sepanjang Citarum dan anak-anak sungainya secara terus menerus dan tidak terarur. Itu menyebabkan cadanga air bawah tanah semakin menipis. Bahkan tak hanya itu saja, pengambilan air bawah tanah secara besar-besaran ini juga mengakibatkan penurunan permukaan tanah, per tahunnya turun antara delapan hingga sembilan sentimeter,” kata Direktur Elemen Lingkungan (Elingan) Citarum, Deni Riswandani, kepada wartawan kemarin (23/3).

Dampaknya, selain penyediaan air bersih untuk masyarakat semakin menipis, kawasan yang banyak berdiri industri tersebut menjadi daerah banjir parah serta semakin meluas.

”Maka jangan heran kalau daerah seperti Majalaya, Dayeuhkolot, Rancaekek dan beberapa daerah lainnya itu selalu menjadi daerah langganan banjir dan terus meluas. Karena memang elevasi tanahnya terus menurun setiap tahun antara delapan hingga sembilan sentimeter. Ini terjadi karena rongga tanah semakin membesar akibat pengambilan air tanah oleh industri secara besar-besaran,” ujarnya.

Rini, 35, salah seorang warga Kampung Cilisung Desa/Kecamatan Dayeuhkolot Kabupaten Bandung mengakui sulitnya air bersih di kawasan yang banyak berdiri industri tersebut. Apalagi jika musim kemarau tiba, sumur-sumur milik warga sebagian besar mengering. Kalaupun masih ada airnya sedikit dan berbau tak sedap. Untuk memenuhi kebutuhan air bersih, biasanya warga membeli air isi ulang serta air bersih dari pedagang keliling.

”Sekarang musim hujan sumur kami penuh, yah walaupun tetap tak bisa digunakan untuk keperluan makan minum. Karena sudah bercampur air banjir dan limbah dari Sungai Citarum. Tapi kalau kemarau, rata-rata sumur kering. Untuk makan minum yah harus beli air galon dan jerigen,” katanya.

Dikatakan Rini, kesulitan air bersih akibat sumur mengering ini, bukan pertama kali ini saja. Melainkan, sejak 2008 lalu, ini terjadi seiring dengan semakin banyak berdirinya pabrik di sekitar kampung mereka. Sumur artesis milik puluhan pabrik itu, menyedot air sumur warga.

Tinggalkan Balasan