Bripda Yogi, Dua Bulan setelah Jadi Korban Bom Kampung Melayu

Dari Kulik Tangan, Kadang Keluar Serpihan atau Kerikil

Kondisi fisik Bripda Yogi Aryo Yudhistiro hampir pulih meski bekas luka masih tersisa dari kaki sampai mata. Mendapat hadiah rumah dan tak sabar segera bertugas lagi.

BAYU PUTRA, Jakarta

PERBAN masih membebat pergelangan hingga telapak tangan kanan Bripda Yogi Aryo Yudhistiro. Mata kirinya pun belum lama selesai dijahit. Bekas luka juga masih tersisa di bagian lain wajahnya.

Karena kaki kirinya masih dalam tahap pemulihan, korban selamat bom Kampung Melayu itu hadir di upacara Hari Bhayangkara kemarin (10/7) dengan kursi roda Tiga perawat disiagakan di sekitarnya. Untuk berjaga-jaga karena cuaca di Lapangan Monas, Jakarta, cukup panas.

Ini adalah kehadiran pertama Yogi di depan publik sejak menjadi korban ledakan bom Terminal Kampung Melayu pada 24 Mei lalu. Tragedi tersebut merenggut nyawa tiga kolega Yogi sesama polisi dan melukai enam lainnya.

Yogi yang saat kejadian bertugas sebagai anggota Sabhara Polda Metro Jaya menyebutkan, secara fisik kondisinya sudah sekitar 70 persen. Pendengarannya yang belum sepenuhnya normal. Kala mengajaknya berbincang kemarin, Jawa Pos (Jabar Ekspres Group) juga harus berbicara agak keras. ”Yang masih terasa (sulit mendengar, Red) terutama di telinga kiri,” katanya.

Tapi, dengan kondisi fisik yang disebutnya baru pulih 70 persen itu pun, semangat Yogi sama sekali tak surut. Dia, misalnya, berusaha memakan tumpeng sendiri. Meski awalnya sempat disuapi sang bunda, Puji Kusraety, karena kondisi tangannya.

Yogi juga mengaku tak sabar kembali bertugas begitu sembuh total nanti. ”Bergantung nanti bagaimana perintah pimpinan,” tambah pemuda yang berulang tahun setiap 18 Januari itu.

Semangatnya kian berlipat karena mendapat perhatian khusus dari korps. Di upacara kemarin, selain mendapat potongan tumpeng dari Kapolri, Yogi menjadi satu di antara 17 polisi yang dihadiahi rumah hasil sumbangan Tahir Foundation.

Yogi mengaku sangat bersyukur atas dukungan korps, kolega, dan keluarga selama ini. Dukungan itu yang membuatnya kuat menjalani hari-hari berat setelah malam jahanam hampir dua bulan lalu itu. Malam jahanam yang hampir merenggut nyawanya. Yang juga masih diingatnya betul detik-detik kejadiannya. ”Saya sedang ngobrol sama teman untuk persiapan pawai obor. Tiba-tiba ada ledakan di dekat saya,” terangnya.

Tinggalkan Balasan