Bobol Banyak Bank, Guru Kepepet Duit karena SK Digadai

jabarekspres.com, BANDUNG – Krimum Polda Jabar terus mengembangkan kasus sindikat pemalsuan dokumen yang melibatkan ratusan guru di Jawa Barat. Polda menduga, masih ada bank lain yang bobol akibat sertifikasi palsu.

pelaku ijazah palsu
YULLI S YULIANTY/JABAR EKSPRES
RINGKUS PELAKU: Salah seorang pelaku WH saat diamankan Polda Jabar berikut barang bukti sejumlah dokumen yang dipalsukan oleh pelaku. Total kerugian bank BPR tembus Rp 36 miliar.

Kabid Humas Polda Jabar Kombes Pol Yusri Yunus mengatakan, sampai saat ini baru tiga belas tersangka yang diamankan. Sedangkan, ratusan guru masih berstatus saksi dalam kasus pemalsuan setifikasi tersebut.

”Nanti kita akan gelarkan lagi. Sejauh mana keterlibatan masing-masing guru ini dalam pemalsuan sertifikasi tersebut,” kata Yusri, kemarin (9/8).

Meski demikian, Yusri enggan terbuka lebih jauh guru dari daerah mana saja yang terlibat dalam pemalsuan tersebut. Menurut dia, ratusan guru itu tersebar dari berbagai daerah se-Jawa Barat.

”Yang diungkap ini baru Bank BPR. Kemungkinan besar pemalsuan ini terjadi juga di bank-bank lainnya,” tegas Yusri.

Yusri memerinci, awal terungkap pemalsuan sertifikasi guru itu terjadi ketika melakukan penggeledahan di daerah Jakarta, baru-baru ini. Ternyata banyak ditemukan ijazah palsu dari seluruh Indonesia.

Dia memerinci, dokumen yang dibuat pelaku, termasuk ijazah dan sertifikat, memang terlihat cukup sempurna karena mirip dengan aslinya. Berbeda dengan ijazah palsu lain yang telah diungkap.

”Para pelaku memalsukan dokumen sangat otentik. Bahkan,  hingga tersedianya stempel dan blangkonya. Bahkan, untuk membuktikannya kami perlu koordinasi dan pengecekan melalui instansi yang dikeluarkan dokumen tersebut,” ungkapnya

Salah satu yang sulit untuk membuktikan hal itu, kata dia, nomor registrasi. ”Memang secara kasatmata tidak akan terlihat itu palsu, perlu penyidikan mendalam untuk mengetahui keasliannya,” jelasnya.

Yang mengerikan, aksi para pelaku ini baru terendus saat ini. Padahal, mereka sudah beraksi selama lima tahun.

Dari hasil penyidikan sementara, tutur Yusri, terungkap pembuatan jasa pemalsuan tersebut dihargai Rp12 juta per lembar. Karena murahnya ongkos itu, dia pun yakin banyak masyarakat yang kemudian membuat ijazah di kawasan tersebut.

Berita Terkait

Tinggalkan Balasan