BLK Butuh Direvitalisasi

bandungekspres.co.id, KIARACONDONG – Dinas Tenaga Kerja dan Transmigrasi (Disnakertrans) Jawa Barat (Jabar) memproyeksikan rencana tenaga kerja Provinsi Jabar pada 2018 akan ada 21.281.914 kesempatan kerja yang tercipta. Jumlah tersebut meningkat 2,25 persen dibandingkan 2017.

Kepala Disnakertrans Jabar Fery Sofwan Arief mengatakan, angkatan kerja saat ini, terjadi ketidakselarasan antara keterampilan yang dibutuhkan penyedia kerja dengan keterampilan yang dimiliki pencari kerja.

”Berdasarkan data BPS Agustus 2016, sebanyak 41,52 persen angkatan kerja di Jabar berpendidikan SD ke bawah,” kata Fery pada Forum Organisasi Perangkat Daerah (OPD) di Aula Disnakertrans, Jalan Soekarno Hatta, Kota Bandung, kemarin (14/3).

Dirinya menilai, untuk mengatasi ketimpangan tersebut, pihaknya akan merevitalisasi balai latihan kerja (BLK) di tingkat kabupaten/kota.

Saat ini, Jabar hanya memiliki satu BLK yang berlokasi di Bekasi. Sementara itu, dari 15 BLK kabupaten/kota yang ada, hanya 10 yang aktif. Sebanyak lima diantaranya dalam kondisi tidak aktif dan harus direvitalisasi.

”Kami akan segera melakukan revitalisasi BLK kabupaten/kota dan menyiapkan pelatihan berbasis kompetensi, sesuai dengan kebutuhan dunia usaha,” katanya.

Sementara itu, bagi mereka yang sudah memiliki kompetensi, menurut Ferry, akan diarahkan untuk mengisi lapangan kerja formal atau memiliki usaha mandiri (wirausaha). Begitu juga dengan tenaga kerja Indonesia (TKI) purna karya.

”Untuk TKI purna karya akan kami arahkan untuk memikili usaha mandiri. Mereka umumnya sudah memiliki modal uang dari hasil kerja mereka di luar negeri,” tuturnya.

Lebih lanjut dia mengatakan, berdasarkan data Badan Pusat Statistik (BPS) Jabar, per Agustus 2016 jumlah pengangguran terbuka (TPT) Jabar tercatat sebanyak 1.873.861 orang. Dalam kurun waktu satu tahun, jumlah TPT Jabar meningkat sebanyak 78.987 orang, dari 1.794.874 orang pada Agustus 2015.

Tingginya TPT salah satunya terjadi karena rendahnya kualitas angkatan kerja. Oleh karena itu, menurut dia, dalam menyelesaikan persoalan tersebut, diperlukan indentifikasi mendalam tentang kesiapan TPT dalam memasuki dunia kerja.

”Angka pengangguran terbuka masih cukup besar. Ini mendesak untuk diselesaikan,” katanya,

Selain tingginya angka TPT, menurut Ferry, persoalan lain yang dihadapi Jabar adalah masih tingginya ketimpangan antara permintaan dan pasokan tenaga kerja. Ketidakselarasan terjadi mulai dari tingkat pendidikan hingga keterampilan kerja.

Berita Terkait

Tinggalkan Balasan