Ajak Jaga Ekosistem Hutan lewat Tarian

jabarekspres.com, BANDUNG – Penari kontemporer asal Bandung Lena Guslina kembali menyuarakan pentingnya menjaga hutan melalui tariannya bertajuk Dialektika Tubuh Taman dan Hutan Kota di Hutan Kota Babakan Siliwangi, baru-baru ini. Lena menggandeng Rusle Keling dan Legus Studio dari Komunitas Seni Tari Bandung mengajak masyarakat lebih peduli terhadap kelangsungan ekosistem hutan di kota.

Lena mengatakan, sebagai pabrik oksigen, hutan kota memiliki fungsi krusial menjaga keseimbangan. Selain itu, sebagai konservasi alam di jantung kota yang selaras dengan setiap sendi kehidupan masyarakat urban.

Lena adalah penari yang sudah masuk dalam deretan penari kontemporer Indonesia saat ini. Saat ini terus mengeksplorasi tariannya tak berhenti  merespon ruang.

”Saya mencoba mengingatkan kembali masarakat Bandung bahwa kita harus semakin mencintai alam, flora, dan fauna. Saya pun berharap pemerintah memperhatikan fungsi hutan itu, jangan lagi ada hutan beton,” ungkap Lena.

Lewat Dialektika Tubuh, Taman dan Hutan Kota, Lena menggeliatkan tubuh pada ruang publik, merespon ruang interaksi publik. Dalam penampilannya, Lena yang dibantu dua penampil lainnya Rusli Keleng dan Mussa Hendriks menyisipkan berbagai simbol benda, gerak dan karakter yang menyentuh bagaimana bumi ini membutuhkan hutan.

Lena yang saat itu mengenakan kostum putih disimbolkan sebagai ibu dunia, Bagaimana seorang ibu yang mampu menjaga dan memelihara. Dalam penampilannya, sosok ibu ini membawa sebuah bola berwana merah terlilit akar.

”Simbol bumi merah itu bumi marah, yang punya harapan, yang ingin punya semangat pergolakan bumi, mencari sesuatu yang bisa menopang dia lebih baik lagi di fungsikan pada bumi itu,” jelasnya.

Dalam tarianya memperlihatkan bagaimana seorang ibu menjaga dan memelihara bola tersebut, bahkan terkadang ia membebaskan manusia dan hewan bermain dengan bola itu.

Tarian ini pun memperlihatkan dampak dari ketidak konsistenannya manusia dalam menjaga lingkungannya. Hal itu digambarkan bagaimana ibu dunia (mother of the world) tersiksa lantaran tingkah laku manusia yang semakin bringas, serakah, dan arogan serta ambisius. Manusia telah banyak merusak hutan demi kepentinganya sendiri.

Berita Terkait

Tinggalkan Balasan