Adang Muhidin, Pengusaha Konstruksi Jadi Pebisnis Alat Musik Bambu

Alat musik dari bambu karya Adang bukan sekadar aksesori atau miniatur. Tapi benar-benar alat musik yang bisa digunakan untuk bermain musik. Bahkan, IBC punya grup band D’Bamboo Essential yang memainkan alat musik modern berbahan bambu. Mereka sudah malang melintang tampil di luar kota Bandung hingga luar negeri seperti ke Yilan International Art Festival 2016 di Taiwan dan Borneo Cultural Festival di Sibu, Malaysia, September 2015. ’’Pertengahan Mei ini rencananya kami main di Malaysia. Lalu, September ke Rumania,’’ ungkapnya.

Setelah banyak bercerita di studio musik, Adang mengajak ke ruang workshop di sebelah kantor. Di dua ruangan berukuran sekitar 5 x 5 meter itulah semua alat musik dari bambu diproduksi. Mulai proses laminasi, pembentukan, hingga finishing touch.

Adang mulai menekuni bambu setelah terinspirasi saat menonton konser musik Addie M.S. di televisi pada 2010. Ternyata, mata dan pikirannya tertuju pada alat-alat musik yang digunakan dalam konser itu yang punya satu kesamaan. Yakni, berlubang. Ya, dia menganggap lubang di alat musik tersebut sebagai hal yang unik.  ’’Lubang juga ada pada bambu,’’ ungkap Adang.

Kebetulan, saat itu dia ikut komunitas Angklung Web Institute Bandung. Mulai malam itu dia mulai berpikir bagaimana caranya membuat alat musik dari bambu. Ide tersebut akhirnya terwujud pada 2011. Sebuah biola dari bambu berhasil dibuat dengan bentuk yang masih agak aneh. Lebih mirip kentongan yang diberi senar.

’’Biola itu kan biasanya untuk membawakan lagu-lagu yang melengking, yang menyayat hati. Suara tersebut menggambarkan kondisi saya saat itu,’’ tutur ayah dua anak tersebut. Meski bentuknya cenderung aneh, biola itu dibeli orang Malaysia Rp 1,5 juta.

Adang bercerita, pada rentang 2009–2010, usahanya karut-marut. Bahkan, akhirnya dia bangkrut dan menanggung utang ratusan juta. Penyebabnya, tiga usahanya di bidang konstruksi, bengkel mesin bubut, dan penjualan pulsa gulung tikar. Ratusan juta modal untuk berjualan pulsa hilang bersamaan dengan chip yang dibawa kabur karyawannya.

’’Saya stres berat. Sampai saya bentur-benturkan kepala saya di tembok,’’ ungkap suami Tati Winarti itu.

Berita Terkait

Tinggalkan Balasan