Usia ODHA Makin Muda, Infeksi Virus HIV/Aids Lebih Menjangkiti LGBT

Muda dan berbahaya. Dua kata tersebut menggambarkan betapa berisikonya generasi Z saat ini. Sebab, mereka sangat rentan tertular virus Hiv/Aids. Bukan karena jadi junkie, tapi LGBT.

—-

MASA kejayaan pemakai narkoba via jarum suntik (penasun atau junkie) memudar. Selain karena tingginya tingginya angka kriminalisasi pada pemakainya, penggunaan jarum suntik juga berisiko diketahui orang-orang terdekat: bekas luka di beberapa organ tubuh.

Seiring bergesernya waktu, LGBT atau lesbian, gay, biseksual dan transgender kian populer karena nyaris ada di tiap sudut kota. Usianya ranum, muda dan menggoda. Dan karena besarnya godaan ini, mereka tak sadar telah terjangkiti virus mematikan yang gerogoti imun tubuh.

Klinik Teratai di Rumah Sakit Hasan Sadikin Bandung mencatat, menerima sekitar 20 pengidap Human Immuno Deficiency Virus (HIV) baru yang kemudian menjadi Orang dengan HIV/AIDS (ODHA). Jenis kelaminnya didominasi anak laki-laki.

”Rata-rata mereka usia produktif, usia 17 hingga 25 tahun. Yang paling banyak memang usia pelajar SMA,” kata Sekretaris Tim Hiv/Aids RSHS Bandung dr Nirmala Kesumah MHA kepada Jabar Ekspres, baru-baru ini.

Dia mengatakan, prilaku penasun atau pengguna napza suntik kini sudah tak lagi populer. Pada 2004 hingga 2010, kata dia, penasun memang mendominasi dengan angka 70 persen dari angka komulatif. Tapi, dari periode 2010 hingga saat ini, angkanya terus merosot seiring banyak pengguna yang dikurung di balik jeruji atau bahkan mati.

Kalau pun masih ada, mereka adalah senior yang masih bertahan hidup. Umumnya mereka ini yang kemudian menularkan virus HIV ke orang terdekat: istri. Sedangkan, para junior ODHA saat ini, adalah pelajar dengan gaya hidup berisiko. Salah satunya men sex men (MSM) atau lelaki suka lelaki (LSL). Selebihnya, mereka yang suka jajan perempuan, atau tertular dari pasangan (heterogen).

Perempuan lansiran 60 tahun silam ini memerinci, saat ini ada sekitar 1.600-an yang terdata pengidap Hiv/Aids yang berobat di Klinik Teratai. Angka komulatif itu, tidak menggambarkan angka keseluruhan di Jawa Barat. Sebab, saat ini, maintenance pengambilan obat bisa dilakukan di RSUD atau pun rumah sakit swasta.

Berita Terkait

Tinggalkan Balasan