Tutupi Permukaan Sungai Citarum, Kota Bandung Belum Bisa Kelola Sampah

bandungekspres.co.id – Banyaknya tumpukan sampah yang di Sungai Citarum diduga merupakan sampah kiriman yang berasal dari Kota Bandung.

sampah citarum
Riyan Gustiyan/Bandung Ekspres
 KOTOR: Kepala BPLHD Jabar Anang Sudarna berdiri di tumpukan sampah di atas Sungai Citarum, belum lama ini.

Kepala Badan Pengelolaan Lingkungan Hidup Daerah Jawa Barat mengatakan, adanya tumpukan sampah ini menandakan pola kehidupan masyarakat masih sangat jorok. Hal ini terbukti dengan banyaknya tumpukan sampai di saluran Sungai Citarum yang merupakan kiriman dari Kota Bandung.

Anang menyebutkan, tumpukan sampah ini memiliki panjang 150 meter dengan lebar 15 meter, sedangkan beratnya kalau diangkut bisa mencapai kurang lebih 500 ton, bahkan ketebalannya diperkirakan 50 sentimeter.

’’Saya prihatin dan ini harus segera diangkat karena sudah menutupi permukaan sungai dan saya berjalan saja tidak terperosok ke air, berarti ini sangat tebal,” jelas Anang, di Gedung Sate kemarin.

Dia berpendapat, sungai dimanapun merupakan sumber kehidupan manusia. Sebab dengan keberadaannya masyarakat biasa memergunakan sungai untuk sumber kehidupan dan bukan sebagai tempat pembungan sampah seperti ini, terlebih kejadian ini bukan pertama kali terjadi di Sungai Citarum.

Dia mengakui, kejadian menumpuknya sampah ini terjadi sejak surutnya air dua hari ketika terjadi banjir di Kabupaten Bandung, sedangkan sampah ini terletak di Desa Lengkong, Kecamatan Bojongsoang, daerah perbatasan antara Kota dan Kabupaten Bandung.

Melihat kondisi ini warga setempat sempat protes, bahkan Pemerintah Kabupaten Bandung, sudah melayangkan protes tersebut ke Pemerintah Kota Bandung dan telah direspon dengan melakukan pengikatan sampah melalui penghalang jaring antara perbatasan di Bandung Kidul dan Bojongsoang, sehingga sampah tidak semakin banyak menumpuk.

’’Sampah ini kalau ditelusuri berasal dari muara Cikapundung Kolot, kota Bandung dan sebagian besar sampah ini sebagian besar sampah ada styrofoam, kasur, dan sampah rumah tangga,” ungkap Anang.

Anang menilai, dengan banyaknya sampah ini mengindikasikan masyarakat Kota Bandung masih belum bisa mengelola lingkungan dengan baik dan indikatornya adalah warga Bandung baru 19 persen dilayani air bersih, sementara sebagian besar menggunakan sumur artesis yang airnya sebetulnya tercemar karena banyak mengandung bakteri.

Berita Terkait

Tinggalkan Balasan