Soal Berpasangan dengan Desy Ratnasari, Dedi Belum Tentukan Sikap

 

bandungekspres.co.id, BANDUNG – Meskipun hasrat untuk naik ke Jabar satu sudah kentara, namun Ketua DPD Partai Golkar Dedi Mulyadi enggan disebut ambius untuk meraih kepemimpinan nomor satu di Jabar. Dia mengklaim, masih ingin fokus menyelesaikan amanah sebagai bupati Purwakarta sampai masa jabatan habis.

Dia mengaku, saat ini banyak fasilitas publik Kabupaten Purwakarta yang belum dapat diwujudkan. ”Jadi nanti beresin dulu Purwakarta, saya masih banyak pekerjaan yang harys diwujudkan,” jelas Dedi ketika dihubungi Bandung Ekspres kemarin (8/5).

Disinggung mengenai banyaknya orang yang mengaitkan dirinya untuk maju dalam calon gubernur, Dedi berpendapat, dorongan dari luar itu merupakan hak setiap politik setiap orang. Bahkan dia menyebut, mereka bukan suruhannya.

”Saya tunduk apa kata partai,” singkatnya.

Disinggung dorongan dari partai Amanat Nasional (PAN) untuk berpasangan dengan artis senior Indonesia Desy Ratnasari, pria yang kerap menggunakan iket tersebut menilai, penentuan itu masih sebatas wacana dan belum ada pembicaraan serius. Namun, bagi dia, Desy Ratnasari merupakan sosok representasi perempuan Sunda yang terkenal karena keartisannya dan kecantikannya.

”Mbak Desi itukan cantik, pinter, sosok wanita mandiri, politikus sekaligus artis. Kalau dia didorong sama partainya untuk maju itu sah-sah saja,” ungkap Dedi.

Sementara itu, Pengamat Politik dari Universitas Parahyangan Asep Warlan Yusuf memprediksi, pada Pilgub Jabar nanti peran dari politikus dari kalangan artis masih akan dominan Pilgub 2018.

Asep mengatakan, setelah suksesnya Dede Yusuf dan Deddy Mizwar meraih kepemimpinan, kemungkinan akan banyak dicontoh artis lain. Kendati begitu, dirinya berpendapat, partai politik agar bisa menyaring kalangan artis tersebut. Sehingga mereka tidak hanya bermodalkan popularitas saja. ”Mereka juga harus bisa menunjukkan kapasitas dalam memimpin daerah,” tuturnya.

”Mereka harus memiliki aspek kompetensi, jejaring, dan integritas,” tambah Asep.

Menurutnya, keberadaan artis yang populer tidak akan menjadi jaminan bisa menang dalam pilkada. Sebab berdasarkan pengalaman, banyak artis yang kemudian kalah dalam pilkada baik itu tingkat kabupaten/kota maupun provinsi.

Menyikapi hal itu, bagi dia, ketiga aspek tadi harus betul-betul dimiliki oleh artis yang hendak nyalon. ”Jadi partai politik harus cermat dalam menentukan sikap jangan nanti malah menjadi bumerang,” ungkapnya. (yan/rie)

Berita Terkait

Tinggalkan Balasan