Punya Pasar Unik

[tie_list type=”minus”]Tomat Momotaro Dibanderol Rp 17 Ribu/Kg [/tie_list]

bandungekspres.co.id– Dalam mengisi masa resesnya, Ketua Komisi IX DPR RI Dede Yusuf Macan Effendi mengunjungi tempat penanaman produksi tomat momotaro yang berasal dari Jepang di Kampung Nyampai, Desa Langensari, Kecamatan Lembang, Kabupaten Bandung Barat, kemarin.

Tanaman tomat yang miliki luas lahan mencapai 1.200 meter persegi yang dimulai sejak 2007 ini dikelola oleh Nurrohim yang juga pemilik lahan.

Politikus Partai Demokrat ini mengatakan, pemerintah harus terus mendorong agar kelompok tani di seluruh Indonesia dapat jauh lebih baik. Tak terkecuali di wilayah pemilihan dirinya yang berada di Kabupaten Bandung dan Kabupaten Bandung Barat yang memiliki potensi ekonomi di bidang pertanian. Salah satu program pertanian sayuran tomat ini menjadi fokus dirinya.

Diakui Dede, tanaman tersebut memiliki pasar yang unik karena dijual langsung ke supermarket ataupun pembeli. Karena itu, menurut dia, perlu ada pelatihan berkelanjutan yang diberikan kepada petani di Lembang. Selain itu, pihaknya juga mendukung peningkatan produksi tomat momotaro dengan mengesahkan pendanaan untuk pembangunan fasilitas rumah hijau bagi petani tomat momotaro di Lembang. ’’Kalau sudah ditanam tomat jangan ditanam yang lain. Karena kondisi tanahnya berbeda-beda,’’ kata Dede.

Diungkapkannya, saat ini ada 12 kelompok binaannya yang berada di dua wilayah tersebut. enam di antaranya berada di Kabupaten Bandung Barat. Dari kelompok tersebut, dua di antaranya lebih fokus pada pembinaan peternakan dan sisanya terhadap pertanian. ’’Kelompok ini mendapatkan bantuan berupa sarana dan pelatihan dari pemerintah dengan nilai mulai dari Rp 70 juta hingga Rp 150 juta,’’ katanya.

Menurut Dede, dalam menghadapi persaingan Masyarakat Ekonomi ASEAN, orang pribumi harus menjadi pemimpin di daerahnya. ’’Jangan sampai yang punya lahan di sini, dan menguasai petani di sini itu malah orang asing,’’ kata dia.

Karena itu, pelatihan dan bimbingan memang akan terus diberikan kepada para petani kelas menengah. Ini agar petani di tingkat akar rumput bisa dipimpin oleh orang pribumi.

Petani yang memperoleh bimbingan dan pelatihan pun akan menyalurkan ilmunya itu ke petani lain untuk diaplikasikan. Sementara itu, Nurrohim menambahkan, modal untuk membangun rumah hijaunya per meter habiskan dana sampai Rp 80 ribu. ’’Mungkin sekarang sudah Rp 100 ribu,’’ kata Jojo-sapaan akrab Nurrohim.

Tinggalkan Balasan