Pementasan ”Bunga Penutup Abad” untuk Kenang 10 Tahun Meninggalnya Pram

Sepuluh tahun meninggalnya sastrawan besar Pramoedya Ananta Toer diperingati dengan pementasan teater bertajuk Bunga Penutup Abad. Sejumlah artis memanggungkan lakon yang diadaptasi dari dua novel masterpiece Pram, Bumi Ma­nusia dan Anak Semua Bangsa, itu.

 ANDRA NUR OKTAVIANI, Jakarta

WAJAH Minke berubah suram saat membaca surat yang dikirimkan Panji Darman untuk mengabarkan kondisi Annelies, istri Minke.

Begitu juga dengan wajah Nyai Ontosoroh, ibunda Annelies. Mereka tahu betul bahwa kesempatan untuk kembali bertemu dengan Annelies sangat kecil. Hanya sepucuk surat dari Panji Darman yang bisa mengobati kerinduan mereka terhadap sosok gadis indo itu.

Annelies, buah cinta Nyai Ontosoroh dan Herman Mallema, terpaksa meninggalkan ibu dan negeri yang dicintainya menuju Nederland akibat keputusan pengadilan putih Hindia-Belanda yang mengharuskan Annelies diasuh istri sah Herman Mallema di Nederland. Perpisahan penuh drama pun sempat mewarnai kepergian Annelies.

Surat demi surat membuka pintu nostalgia antara Minke, Nyai Ontosoroh, dan Annelies. Mulai saat kali pertama Minke yang seorang pribumi berkenalan dengan Annelies yang merupakan gadis indo, kisah awal percikan cinta keduanya, hingga bagaimana perjuangan Nyai Ontosoroh mempertahankan putri kandungnya itu.

Di antara surat-surat itu, Minke mengalami beberapa kejadian yang memperlihatkan kebobrokan Eropa dan media Eropa tempatnya bekerja yang selalu dia agung-agungkan. Kejadian itu juga membuka mata Minke bahwa negeri yang dielu-elukannya itu tidak selalu benar. Minke yang selalu menulis dalam bahasa Belanda juga diberi masukan oleh Jean Marais untuk mulai mengenal bangsanya sendiri dan menulis dalam bahasa Melayu.

Cerita berakhir beberapa saat setelah Minke mendapatkan kabar bahwa Annelies meninggal di Belanda. Minke yang dilanda kesedihan kemudian meminta izin kepada Nyai Ontosoroh untuk pergi ke Batavia dan melanjutkan sekolah menjadi dokter. Ke Batavia, Minke membawa serta lukisan potret Annelies yang digambar Jean Marais. Minke menamakan lukisan tersebut: Bunga Penutup Abad.

Teater Bunga Penutup Abad merupakan karya adaptasi novel Pram -panggilan Pramoedya Ananta Toer-, Bumi Manusia dan Anak Semua Bangsa. Dua novel tersebut merupakan bagian dari Tetralogi Pulau Buru yang mengisahkan pergolakan hidup pemuda pribumi bernama Minke, Nyai Ontosoroh, Annelies, dan pelukis Jean Marais selama masa kolonial Belanda.

Berita Terkait

Tinggalkan Balasan