Pelukis Hanafi dan Obsesi Menghidupkan Seni Budaya di Tubaba

Biar Tak Hanya Dikenal karena Banyak Begal

Barangkali pelukis Hanafi sedang merealisasikan pernyataan Leonardo da Vinci bahwa seniman tak bisa hanya asyik dengan pemikirannya sendiri. Dia pun kini sedang menggerakkan tangannya untuk mengajak masyarakat Tulang Bawang Barat (Tubaba) berkesenian.

ILHAM WANCOKO, Lampung

KERIUHAN begitu terasa di kompleks Islamic Center Tubaba Selasa lalu (11/10). Ratusan orang berkumpul untuk menikmati berbagai pertunjukan seni budaya dari 103 desa di Tubaba. Mulai pertunjukan musik, teater, tari, pameran lukisan, hingga pergelaran pakaian adat. Semua penuh keriangan dan ketakjuban

Dari aneka pertunjukan itulah, karakter lokal Tubaba semburat. Mulai teater yang mengisahkan cerita rakyat hingga lukisan yang menggali berbagai keunikan arsitektur dan lanskap alam Tubaba. Dan, semua dilakukan oleh dan untuk masyarakat Tubaba sendiri.

Inilah pergelaran seni paling akbar yang pernah diadakan di salah satu kabupaten di Lampung tersebut. Selama ini sangat jarang ada aktivitas kesenian di Tubaba yang menghibur masyarakat.

”Maklum, ini daerah pemekaran baru. Baru 2008 berdiri. Jangankan aktivitas seni budaya, biasanya malah begal yang banyak,” tutur Puryanto, warga Tubaba.

Tak heran bila acara Selamatan Budaya Tulang Bawang Barat yang digelar 11-12 Oktober lalu itu seperti oase di tengah gurun pasir bagi masyarakat Tubaba. Mereka pun tumplek bleg memadati tempat acara dalam dua hari itu. Ada musik ansambel para siswa sekolah, pertunjukan 200 pemain hadrah, pameran lukisan para pelukis muda, pertunjukan musik, dan Teater Tubaba pimpinan Semy Ikra Negara. Ada juga lokakarya sastra untuk guru-guru bahasa Indonesia.

Semua aktivitas seni yang ”menghidupkan” kembali masyarakat Tubaba itu tidak bisa dilepaskan dari tangan dingin Hanafi, salah seorang pelukis abstrak kenamaan Indonesia. Bersama Bupati Tubaba Umar Ahmad, seniman 57 tahun itu merancang berbagai kegiatan untuk menumbuhkan iklim berkesenian di daerahnya.

”Yang paling penting, semua ini tidak lepas dari keterbukaan bupati dalam memberikan kebebasan berkreativitas,” ujarnya.

Hanafi yang sudah hampir setahun ini menggali seni budaya Tubaba mengaku tertantang. Sebab, dia harus mulai dari nol. Meski begitu, dengan telaten, pelan tapi pasti, dia membangkitkan gairah seni para seniman setempat.

Tinggalkan Balasan