Pasca Idul Fitri, Harga Sayuran Belum Stabil

bandungekspres.co.id, LEMBANG – Pasca Idul Fitri, omzet pedagang sayur menurun 40 persen. Hal ini diakibatkan kenaikan harga komoditi sayuran yang rata-rata mencapai 50 persen sampai 100 persen. Padahal harga sayuran sudah berangsur-angsur dibandingkan pada saat mendekati Lebaran. Meski demikian masih jauh lebih tinggi dari hari biasa sehingga membuat masyarakat mengurangi jumlah pembelian. Akibatnya, stok sayuran di pedagang menumpuk dan mulai layu terancam tidak laku dijual.

Salah seorang pedagang sayuran di Pasar Panorama Lembang, Ny. Sihombing, 55, mengaku, pasca Lebaran harga sayuran masih tinggi. Akibatnya, para pembeli lebih memilih pembelian sembako lainnya lantaran harga sayuran masih tinggi. ’’Pada hari biasa, saya bisa menjual cabai rawit merah paling sedikit 5 kilogram perhari, sekarang hanya laku 3 kilogram saja. Belum sayuran lainnya yang sepi pembeli karena masih mahal,” sesalnya saat dijumpai, kemarin.

Dia menyebutkan, saat ini harga bawang merah menduduki rangking pertama termahal mencapai Rp 44.000/kg, disusul bawang putih Rp 40.000 per kilogram, cabai tanjung Rp 35.000/kg, cabai rawit merah Rp 35.000/kg, dan cabai keriting Rp 24.000/kg. Harga tersebut sebenarnya mengalami penurunan tajam, seperti cabai tanjung yang satu hari sebelum Lebaran menyentuh harga Rp 100.000/kg, begitupun dengan bawang merah sempat naik menjadi Rp 60.000/kg. ’’Tapi tetap harga tersebut belum turun normal. Kami para pedagang juga yang menjadi rugi,” katanya.

Diakuinya, melambungnya harga sayuran, sangat  bergantung pada pasokan. Sampai sekarang belum stabil akibat kemacetan lalulintas, dan belum semua petani memanen tanamannya. ’’Kalau jenis cabai dan bawang merah kami beli di Pasar Induk Caringin. Lembang memang daerah penghasil sayuran tapi bukan jenis cabai-cabaian dan bawang, kebanyakan seperti brokoli, tomat, selada bokor, dan sayuran hijau lainnya,” ungkapnya.

Hal senada diungkapkan Ruhimat, 41, pedagang sayuran lainnya.  Tingginya harga beberapa jenis sayuran, membuatnya tidak berani menstok barang dalam jumlah banyak. ’’Mau tidak mau kita jual dulu sampai habis. Karena kalau kita stok barang akan layu dan buruk sehingga sayuran tidak bisa dijual,” imbuhnya.

Menurutnya, belum stabilnya harga sayuran menimbulkan ketidakpastian tidak hanya bagi pembeli tapi juga penjual. Diperkirakan harga akan kembali stabil dalam satu pekan ke depan, setelah selesai liburan sekolah. ’’Kita berharap harga sayuran ini bisa turun. Tentu hal ini perlu adanya peran pemerintah untuk memantau harga-harga yang masih tinggi,” harapnya.

Berita Terkait

Tinggalkan Balasan