Ogomalane Juarai Open Turnamen Sepak Takraw Kalavata 2016

bandungekspres.co.id– Tim sepak takraw Ogomalane, berhasil keluar sebagai pemenang di Open Turnamen Sepak Takraw Kalavata 2016, setelah mengalahkan tim Intermezzo, pada pertandingan berlangsung di Kelurahan Nunu, Kecamatan Tatanga, Kota Palu, kemarin (2/2).

Keputusan kemenangan tim dari Kabupaten Tolitoli itu, dinilai controversial. Masalahnya, pertandingan selesai tanpa menghabiskan pertandingan, menyusul adanya aksi saling protes. Wasit yang memimpin pertandingan, Iwan, menjadi sasaran, yang sehingga membuat pemain-pemain Intermezzo, muak dengan keputusan yang dianggapnya tidak adil dalam sebuah pertandingan.

Kejadian ini sangat disayangkan oleh para penonton yang hadir di lapangan pertandingan, karena pertandingan ini adalah laga menarik, sebab dihuni oleh para pemain berpengalaman. Di kubu Ogomalane, diperkuat pemain eks PON Zulkufili (tekong) Endi (apik kiri) dan Iwan (apik kanan). Sementara pemain Intermezzo, juga diperkuat para pemain Pra PON, Wira (apik kanan), Ishak (tekong), dan Arif (apik kiri).

Mogoknya pertandingan ini, terjadi di set ketiga saat skor tinggal menysihkan satu angka bagi Ogomalane untuk juara, yakni skor 20-10. Dua set sebelumnya berakhir 14 – 21, 21-19. Awalnya dimulai saat duel diatas pembatas (net, red) terjadi. Ketika pemain Ogomalane Iwan, yang dianggap batal karena menyeberang kaki ke pihak lawan, tapi keputusan wasit justru pemain Intermezzo, Arif yang dianggap batal.

Aksi protespun tak terhindarkan. Parahnya pemain-pemain Intermezzo, langsung menunjukkan sikap tidak sportif, untuk tidak melanjutkan pertandingan dengan menyerahkan kemenangan kepada tim Ogomalane. Usai acar penutupan berlangsung, dimana kejuaraa sepak takraw Kalavata yang pertama ini ditutup oleh Camatan Tatanga, Usman SH. Maneger Intermezzo, Firgiawan, menyampaikan keluhannya kepada wartawan.

Dia mengaku di laga final itu, timnya merasa dirugikan, sebab banyak keputusan-keputusan wasit yang dianggap benar. Kemudian sikap pengadil yang tidak menunjjukan komunikasi yang baik antara wasit satu, dan para losmen di pinggir lapangan.

”Dari awal kita sudah pikirkan bahwa wasit akan berpihak. Sejak di babak penyisihan sebenarnya sudah terlihat bahwa wasit berpihak,” kesalnya. Dikatakan, jika hal ini terus dibiarkan maka mental pemain akan rusak sehingga sulit untuk mengambangkan prestasi di dunia olahraga sepak takraw. “Kami anggap ini keputusan yang berpihak. Kami yang dirugikan,” tandasnya.

Tinggalkan Balasan