Masaku, Aplikasi yang Mendekatkan Makanan Rumahan

Memang, tujuannya tidak muluk-muluk. Mereka tidak pernah menawarkan banyak keuntungan. Paling tidak, menjual 2–3 porsi bisa menutup biaya masak sehari. Saat ini mereka juga tidak mengambil keuntungan. Tidak ada bagi hasil untuk mereka. Keuntungan didapat dari bisnis model lain yang sudah disiapkan.

”Dulu memang sempat ada potongan 15 persen. Tapi, kok dirasa memberatkan. Akhirnya, kami hapus,” ujar pria yang hobi olahraga calisthenics tersebut.

Karena yang memasak ibu rumah tangga, user harus ikut menu yang ada. Makanannya pun tidak langsung ada. Konsumen harus melakukan preorder (PO) dahulu maksimal sehari sebelumnya. Agar ibu-ibu lebih mudah menyiapkan bahannya. ”Dengan begitu, seorang ibu bisa kira-kira banyaknya belanjaannya,” ungkap Andree.

Ibu-ibu juga tidak perlu memikirkan masalah pembayaran dan kurir. Setelah masak, ibu-ibu langsung dapat duit. Kurir juga jadi tanggung jawab Masaku. Dengan demikian, penghasilan lebih pasti. ”Kita efisienkan. Ibu hanya masak dan menerima uang,” ulas Andree.

Makanan yang disediakan memang berfokus pada makanan tradisional Indonesia. Sebab, menurut statistik yang mereka buat sebelumnya, makanan tradisional paling diminati. Rawon, soto, gulai, hingga yang paling sederhana, penyetan. Hingga sekarang nasi campur paling favorit. ”Masakan rumah yang tradisional memang jadi hal yang paling dirindukan, hehehe,” kelakar Andree.

Pembeli pertama pun hanya teman-teman sendiri. Penjual pertama adalah keluarga mereka. Yang pertama jadi user adalah teman-teman sendiri. ”Kami memanfaatkan jaringan yang ada saja dulu,” ujar Elisabeth.

Tidak sekadar berjualan, ibu-ibu juga diajak untuk belajar. Mereka mendampingi ibu-ibu itu agar terus berusaha menciptakan produk yang baik. Tak jarang, mereka menyusupkan ilmu-ilmu pemasaran dan packaging kepada ibu-ibu rumah tangga. ”Kami sediakan kotak plastik, agar lebih bagus bungkusnya,” beber Elisabeth yang bertugas merancang segala desain produk.

Mulai diluncurkan sejak Januari 2016, aplikasi tersebut sudah diunduh lebih dari 4.500 orang. Penyedia masakannya berjumlah 400 ibu rumah tangga. Hampir semuanya aktif. Bukan hanya aplikasi, sebulan lalu mereka baru saja me-launching website. ”Saat ini baru di Surabaya,” ujar James.

Anak pertama di antara dua bersaudara itu mengaku tak ingin tergesa-gesa berekspansi. Masih ingin fokus menggarap pasar di Surabaya. Sebab, menurut dia, potensinya masih besar. ”Kalau di sini sudah kuat, baru berani berekspansi,” lanjutnya.

Tinggalkan Balasan