Lasiyo Syaifuddin, ”Profesor” Pisang yang Bikin Penasaran Peneliti Asing

Tidak hanya menyelamatkan spesies-spesies pisang lokal, ide Lasiyo membudidayakan pisang di dusunnya juga membawa kesejahteraan bagi warga. Kesuksesannya menemukan pupuk-pupuk nabati membuat peneliti dari berbagai negara kerap menemuinya.

 FOLLY AKBAR, Bantul

MEMASUKI Dusun Ponggok, Desa Sidomulyo, Kecamatan Bambanglipuro, Kabupaten Bantul, Jogjakarta, aura sejuk langsung terasa. Deretan pohon pisang yang berjejer rapi di halaman-halaman rumah warga membuat pemandangan di dusun tersebut jadi hijau.

Ribuan pohon pisang yang tumbuh berdekatan itu membuat rumah-rumah warga terkesan nyempil di antara pohon bernama Latin Musa paradisiaca tersebut. ”Rata-rata setiap KK (kepala keluarga) di sini punya seratus pohon pisang di halaman rumahnya,” kata Lasiyo Syaifuddin saat ditemui Jawa Pos (Jabar Ekspres Group) di rumahnya di Dusun Ponggok, Desa Sidomulyo, Sabtu lalu (5/11).

Lasiyo, yang kini berusia 61 tahun, merupakan inisiator di balik perubahan wajah dusun yang hanya berjarak 3 kilometer dari pantai selatan Jawa itu. Dalam beberapa tahun terakhir, dusun yang memiliki 300 KK tersebut telah menjelma menjadi ”hutan” pohon pisang. Namanya terkenal sebagai simbol kesuksesan pertanian di Tanah Mataram, sebutan Daerah Istimewa Jogjakarta.

Menurut Lasiyo, gagasan menanam pisang secara masal di dusunnya itu dimulai pada awal 2007. Tepatnya beberapa bulan setelah gempa berkekuatan 5,6 skala Richter yang meluluhlantakkan Bantul dan daerah-daerah sekitarnya.

Nah, di tengah berserakannya puing-puing bangunan yang tersisa di dusunnya, Lasiyo merasa sedih dan terpanggil untuk membantu warga yang menjadi korban. Selain rumahnya rata dengan tanah, banyak warga yang kehilangan pekerjaan. Belum lagi, tidak sedikit yang meninggal atau mengalami luka parah. ”Saya berpikir apa yang bisa saya lakukan untuk membantu para korban,” kata pria kelahiran 17 Juli 1955 tersebut.

Setelah mempertimbangkan beberapa usul, pilihan akhirnya jatuh pada fokus menanam pohon pisang. Pilihan itu diambil bukan tanpa alasan. Selain mudah ditanam, pohon pisang relatif cepat dapat dipanen. Dengan fakta-fakta tersebut, pemberdayaan pohon pisang di rumah-rumah warga dirasa cocok untuk menambah penghasilan keluarga.

Mantap dengan alasannya, Lasiyo lantas meminta restu lurah setempat. Tujuannya agar pengadaan bibit pohon pisangnya bisa difasilitasi. Kebetulan pula, ada dana yang dialokasikan untuk membangun daerah-daerah yang menjadi korban gempa. Saat itu, untuk satu bibit, kelurahan memberikan bantuan Rp 5.000.

Tinggalkan Balasan