Kekerasan Anak Terus Mengancam

bandungekspres.co.id – Kekerasan terhadap anak terus mengancam di setiap wilayah di Jawa Barat. Termasuk di wilayah Kabupaten Bandung Barat yang kerap terjadi kekerasan pada anak setiap tahunnya. Data yang dikeluarkan oleh Badan Pemberdayaan Perempuan Perlindungan Anak dan Keluarga Berencana (BP3AKB) Kabupaten Bandung Barat, selama tiga bulan di tahun 2016 ini sudah ada sejumlah kasus kekerasan anak yang terjadi di Lembang, Gununghalu, dan Padalarang.

Sementara, untuk jumlah kasus kekerasan seksual terhadap anak di Jawa Barat sangat tinggi. Setiap hari, 12-13 anak mengalami kekerasan seksual. Ketua Pusat Pelayanan Terpadu Pemberdayaan Perempuan dan Anak Jawa Barat Netty Prasetyani Heryawan menyebutkan, kekerasan terhadap anak ini tidak bisa dibiarkan. Mereka yang masih anak-anak justru harus mendapatkan perhatian. ’’Sesuai data yang kami miliki ada 4.500 lebih kasus kekerasan terhadap anak per tahun. Artinya, setiap hari ada 12-13 anak yang menjadi korban,” kata Netty dalam sosialisasi KDRT dan kekerasan terhadap anak, di Ngamprah, kemarin.

Dengan banyaknya kasus kekerasan terhadap anak yang terus meningkat, Netty mengaku prihatin lantaran kasus kekerasan seksual terhadap anak tersebut terjadi hampir merata di semua kabupaten/kota di Jawa Barat. Tidak hanya daerah perkotaan, tetapi juga wilayah perdesaan. Dia mencontohkan, kasus yang terjadi di Kabupaten Bandung Barat, di antaranya bocah berusia 11 tahun yang dicabuli kakeknya berumur 68 tahun hingga hamil. ’’Bahkan, anaknya sudah lahir dan tahun ini berusia 4 tahun. Itu salah satu contoh yang benar-benar terjadi,” sesalnya.

Netty menjelaskan, sebagian pelaku kekerasan terhadap anak tersebut justru orang terdekat korban, seperti keluarga dan tetangga. Sementara sisanya adalah orang asing. Oleh karenannya, memang perlu adanya perhatian khusus dari semua pihak ketika menemukan kasus tersebut dengan cara melaporkan. ’’Hasil penelitian menunjukkan, 30 persen pelaku kekerasan seksual terhadap anak adalah keluarga sendiri, 60 persen orang sekitar, dan 10 persen sisanya orang asing,” tuturnya.

Selain kasus tadi, lanjut Netty, masih banyak lagi kasus serupa lainnya di Jawa Barat. Hal itu di antaranya disebabkan kurangnya peran orang tua dalam melakukan pendidikan kepada anak. ’’Kebanyakan kasus ini terjadi pada keluarga prasejahtera. Faktor ekonomi memang menjadi salah satu penyebab tingginya kasus kekerasan terhadap anak,” tukasnya.

Berita Terkait

Tinggalkan Balasan