Karena Setiap Bisnis Ada Masanya

Perry Tristianto tentang Pentingnya Inovasi

Peluang bisnis gaya hidup terbukti tidak pernah pudar. Bidang usaha itu cenderung lebih tahan guncangan ekonomi.

—-

PERNAH menyandang predikat raja factory outlet (FO) sejak 1995 membuat Perry Tristianto tetap optimistis dalam memandang bisnisnya. ”Bagi saya, yang berkaitan dengan fashion, wisata, dan makanan tidak pernah mati. Indonesia itu pasar yang sangat meriah,” tutur Perry kepada Bandung Ekspres (Jawa Pos Group) di kediamannya Jumat lalu (5/2).

Optimisme itu tidak berlebihan. Sebab, kebutuhan akan makanan, pakaian, dan hiburan bakal terus ada dalam masa ekonomi yang bergairah maupun suram. ”Bergantung dari cara orang menjualnya. Dengan kata lain, perlu inovasi untuk lebih besar daripada sekadar survive dari ketatnya persaingan,” kata pemilik Big Price Cut tersebut.

Bagi dia, kondisi saat ini tidak seberapa jika dibandingkan dengan resesi ekonomi pada 1997–1998. Buktinya, saat ini masih banyak yang bisa membeli mobil dan barang mewah lain.

”Lebih berat mana? Saya pikir, kondisi saat ini tidak terlalu mengkhawatirkan. Meski memang ada beberapa yang kemudian gulung tikar. Tapi, tidak sedikit juga yang kemudian bisa untung,” bebernya.

Bagi Perry, daya tahan pengusaha diuji oleh ketatnya persaingan, juga kondisi ekonomi. Termasuk saat ini. Karena itu, dia selalu berusaha mencari peluang bisnis yang lebih tahan fluktuasi. ”Ketika ujian bertambah berat, dorongan untuk berinovasi itu lebih penting,” ujar pemilik lokasi wisata Farm House, Floating Market, Rumah Sosis, De’ Ranch, hingga Tahu Susu Lembang itu.

Perry mencontohkan jejak langkahnya dalam meniti karir. Itu merupakan salah satu contoh bagaimana inovasi dijunjung. Dia memulai usaha FO dari pedagang kaki lima (PKL). Pada 1988, dia menjadi satu-satunya penjual kaus yang mengedepankan ilustrasi musik jazz. Ide itu muncul setelah dia memutuskan untuk resign dari satu produksi rekaman. Setelah tiga tahun berjualan di pinggir jalan, dia kemudian bisa membeli dan mengontrak beberapa lokasi yang berbeda. Hingga akhirnya dia menjadi pendobrak bisnis FO pada 1995 dengan bendera Big Price Cut.

Dia mengatakan, saat ini sebagian orang mulai malas berbelanja langsung di toko. Apalagi, sudah banyak pedagang online. ”Ini berarti kita harus menciptakan pasar. Bila perlu, di apotek pun bisa dimasuki untuk jualan kaus,” papar ayah dua anak itu.

Berita Terkait

Tinggalkan Balasan