Jalan Konservasi, Cara Para Penyelam Tidore ”Menyentil” Pemerintah

Sebuah komunitas penyelam Tidore berhasil menyulap pantai yang dulu tempat pembuangan sampah menjadi destinasi wisata. Tak hanya mengurusi sampah, tapi juga menanam karang.

Ika Fuji Rahayu, Tidore

LAHIR dan besar di Kotamabopo, Rio Timara Alting masih ingat betul bagaimana dulu wajah pantai di kampungnya itu. Kotor. Penuh timbunan sampah.

Sejak 1980-an, warga setempat memang menjadikan pantai di Kota Tidore Kepulauan (Tikep), Maluku Utara, tersebut tempat penampungan segala barang yang tak dikehendaki. Maklum, ketika itu Tidore belum punya sistem pengelolaan sampah.

”Kami anak-anak pun harus berenang dan bermain-main di pantai yang kotor itu,” ujar Rio kepada Malut Pos (Jawa Pos Group).

Tapi, itu dulu. Kisah lama. Kini Kotamabopo adalah salah satu pantai andalan wisata Tikep. Jadi lokasi renang favorit anak-anak. Karangnya terjaga. Didominasi karang jenis Acropora, Foliose, dan hard coral, Kotamabopo juga cocok buat penikmat bawah laut pemula. Sebab, sekitar 10 meter dari bibir pantai saja, pemandangan bawah lautnya sudah sangat memanjakan mata. Konturnya datar. Dengan kedalaman 1 hingga 1,5 meter.

Dibutuhkan waktu tak sebentar dan upaya tak ringan untuk membuat Kotamabopo sampai bisa dinikmati seperti sekarang ini. Rio bersama kawan-kawannya yang kini tergabung dalam Kotamabopo Batobo Club (KBC) termasuk yang berada di garda depan.Mereka memulainya pada awal 2000-an.

”Saat itu saya dan teman-teman sudah sama-sama dewasa dan mulai sadar untuk berbuat sesuatu bagi pantai ini,” kata Rio yang juga humas KBC.

Yang membuat mereka sedih, ketika itu pemerintah di wilayah yang kaya cengkih dan pala tersebut seperti tak peduli. Karena itu, mereka pun bertekad untuk bertindak sendiri. Sebagai langkah awal, Rio dkk tiap hari tetap berbatobo alias berenang di kawasan pantai yang kotor tersebut.

Itu dilakukan agar warga setempat jadi sungkan buang sampah di sana. Tiap hari Rio dkk juga memunguti semua sampah yang ada. Perlahan, upaya mereka tersebut membawa hasil. Volume sampah terus berkurang.

Langkah lain, secara persuasif mereka juga meminta para pemilik speedboat memindah lokasi parkir mereka. ”Sebab, selama ini mereka juga ikut mencemari pantai dengan membuang bahan bakar sembarangan,” kata Rio.

Tinggalkan Balasan