Dr Muradi: Politik Tak Lepas dari Sentimen Agama dan Ras

bandungekspres.co.id, BANDUNG – Tekanan massa dalam kasus dugaan penistaan agama oleh Basuki Tjahaya Purnama yang kerap dengan sapaan Ahok, calon petahana Gubernur Jakarta pada Pilgub DKI 2017 menunjukkan sistem politik kian tak beranjak dari persoalan sentimen agama dan ras. Hal tersebut, dikatakan Ketua Pusat Studi Politik dan Keamanan (PSPK) Universitas Padjdjaran dan Dosen Sarjana & Pascasarjana Politik dan Pemerintahan, FISIP UNPAD Bandung, Dr Muradi.

Terlepas bahwa ada yang mengambil keuntungan dan dirugikan, katanya, Aksi 212 dengan isu dan sentimen politik agama, harus diakui bahwa tuntutan Ahok ditahan karena diduga menista agama telah mengubah peta politik di Jakarta dalam tiga bulan terakhir. ”Salah satu indikasinya adalah hasil dari survei sejumlah lembaga sigi yang memposisikan Ahok tidak lagi perkasa. Sementara calon lain seperti Agus dan Anies secara perlahan menguat. Bahkan pada sejumlah survei keduanya melewati prosentasi Ahok secara bergantian. Situasi tersebut tentu tidak cukup baik bagi pembangunan demokrasi di Jakarta dan Indonesia pada umumnya,” kata Muradi saat di wawancara di Kota Bandung kemarin (14/12).

Muradi mengungkapkan, pendekatan politik agama dan dan etnis dalam mengiring opini publik juga dirasakan tidak adil lagi bagi calon yang mengikuti kontestasi tersebut. Apalagi secara faktual, penggunaan tekanan massa yang massif untuk memaksa agar Ahok dijadikan tersangka dan ditahan mengindikasikan bahwa politik yang terbangun lebih banyak mengedepankan sentimen agama dan etnis dari pada adu program.

”Saat penetapan ketiga pasangan calon, kami membayangkan bahwa Pemilihan Gubernur DKI Jakarta adalah miniatur dari Pemilihan Legislatif dan Pemilihan Presiden 2019,” ungkapnya.

Ketiga calon tersebut, lanjut Muradi, memiliki dukungan partai politik yang selama 15 tahun terakhir menjadi partai dengan tingkat elektabilitas yang tinggi. Bahkan juga diyakini bahwa siapapun pemenang dalam Pilgub Jakarta akan memiliki peluang untuk memenangkan Pileg maupun Pilpres 2019 mendatang.

”Namun bayangan tersebut tergerus oleh politik berlabel agama yang menguat, membuat kompetisi ketiganya tidak lagi menarik. Karena tanpa berkeringat dan adu program, ada yang diuntungkan secara politik terkait dengan tuntutan penahanan Ahok yang bergerak massif,” ucapnya.

Berita Terkait

Tinggalkan Balasan