Dinkes Dapat DAK Rp 35 Miliar

bandungekspres.co.id– Di tahun 2016 ini, Dinas Kesehatan Kabupaten Bandung Barat akan menerima dana alokasi khusus (DAK) dari pemerintah pusat sebesar Rp 35 miliar. Rencananya, DAK tersebut diperuntukkan pembangunan puskesmas, pengadaan obat-obatan dasar dan jaminan persalinan (jampersal). Hal tersebut diungkapkan oleh Kepala Dinas Kesehatan KBB Pupu Sari Rohayati, di Ngamprah, kemarin.

PUSKESMAS
MUDAH: Suasana puskesmas di Gununghalu. Tahun ini, Dinkes terima dana alokasi khusus sebesar Rp 35 miliar yang digunakan untuk membangun puskesmas.

Menurut Pupu, bantuan yang diberikan oleh pemerintah pusat ini sangat membantu pembangunan di bidang kesehatan untuk masyarakat Kabupaten Bandung Barat. Mulai dari adanya bangunan puskesmas yang akan memberikan kemudahan dalam pelayanan kesehatan bagi masyarakat. ’’Untuk pembangunan puskesmas dan pengadaan obat-obatan dasar dialokasikan Rp 20 miliar. Sementara sisanya diperuntukkan jampersal,” ungkapnya.

Pupu menjelaskan, puskesmas yang akan dibangun di antaranya Puskesmas Cililin, Puskesmas Batujajar, Puskesmas Pataruman, Puskesmas Cihampelas dan Puskesmas Cipatat. Sementara untuk obat-obatan dasar, yang biasa dilakukan pada saat pelayanan kepada masyarakat. ’’Untuk peralatan sementara ini sudah ada,” bebernya.

Puskesmas di KBB ada 32 puskesmas. Dari jumlah puskesmas itu, jika menurut idealnya maka secara kualitas dan kuantitas masih di bawah standar. Salah satu contoh idealnya, di setiap puskesmas semestinya ada 2 dokter gigi dan 2 dokter umum. ’’Kebanyakan puskesmas di KBB masih dilayani 1 dokter gigi, 1 dokter umum, 6 bidan dan 8 perawat, belum lagi kurang tenaga apoteker, tenaga IT, ini masih kurang,” ujarnya.

Kekurangan lainnya dalam bidang pelayanan di KBB menyangkut masalah dokter ahli. Seperti contoh di RSUD Cililin, untuk dokter ahli baru dilayani oleh satu dokter ahli di setiap bidangnya. Bidang tersebut di antaranya, bedah penyakit dalam, anak dan kebidanan, saraf, radiologi, THT, mata, klinikal, patologi, phisioterapy dan ortopedi. ’’Sangat kurang dokter ahli untuk di Cililin dengan 120-an tempat tidur pasien,’’ ujarnya.

Saat ditanya penyakit apa yang paling banyak menyerang warga hingga membutuhkan perawatan di rumah sakit, penyakit infeksi saluran pernapasan atas akut tidak spesifik paling banyak menyerang warga dengan jumlah sebanyak 15% dari jumlah total seluruhnya sebanyak 1.682.799 orang di tahun 2015 yang membutuhkan perawatan. ’’Tentu banyaknya masyarakat yang harus dirawat dibutuhkan fasilitas baik untuk rawat inap di rumah sakit ataupun bisa diperiksa ke masing-masing puskesmas dengan tersedianya kelengkapan tenaga dokter,’’ pungkasnya. (drx/vil)

Berita Terkait

Tinggalkan Balasan