Dede Yusuf Gelar Rapat Dengar Pendapat 

bandungekspres.co.id, NGAMPRAH – Anggota MPR RI H. Dede Yusuf ME ST MSi menggelar kegiatan Rapat Dengar Pendapat (RDP) dengan masyarakat tentang Pancasila, UUD NRI 1945, NKRI dan Bhinneka Tunggal Ika di Kampung Ciburial, Desa Margajaya, Kecamatan Ngamprah, Kabupaten Bandung Barat, kemarin (19/16) sore.

Kegiatan RDP tersebut dihadiri oleh para tokoh masyarakat, aparatur desa, aparatur keamanan, puluhan masyarakat Kampung Ciburial, dan Jamaah Madrasah Darul Huda Ngamprah. Kegiatan tersebut diisi dengan dialog kebangsaan, pemberian wakaf Al-Quran bagi madrasah, pemberian santunan anak yatim, buka puasa dan tarawih bersama.

”Dalam kegiatan RDP ini, masyarakat mencurahkan kegelisahan terhadap kondisi perekonomian saat ini. Di mana harga sembako naik terutama kebutuhan daging. Tentu saja harapan masyarakat adalah pemerinah mampu menghadirkan perlindungan dan kesejahteraan terhadap masyarakat sesuai amanat konstutusi,” kata Dede Yusuf saat wawancara usai kegiatan.

Dede juga membahas terkait mahalnya harga daging. Menurut Dede, dirinya saat ini harus mengritik pemerintah. Pada dasarnya, harga itu tergantung dari kebutuhan dan suplay. Sebab, di wilayah Jawa Barat banyak yang memelihara sapi untuk mengejar Idul Kurban dan Ramadan. Sehingga bukan stok daging yang setiap tahun ada.

”Akibatnya, menjelang Idul Kurban dan Ramadan, harga meningkat, karena pemilik-pemilik sapi memang mengejar harga untuk naik, berarti yang harus dilakukan oleh pemerintah memperbanyak sapi lokal supaya harganya murah,” ungkapnya.

Selama ini, tidak pernah diterapkan hal seperti itu, lanjut Dede, sehingga begitu harga melonjak para pengepul sengaja menimbun daging. Sehingga permintaan tinggi dan harga menjadi naik. ”Nah, ini semua harus dibereskan dan pihak kepolisian lebih baik tangkap pengepul itu,” katanya.

Dede menjelaskan, dengan mematok angka Rp 80 ribu dengan memasok daging impor, yaitu daging dari Australia dan negara lainnya yang sudah beku, tetapi yang tidak disadari kebijakan seakan memberikan kehidupan kepada peternak sapi luar dan bukan menghidupi peternak sapi Indonesia.

”Ini harus kita jaga, jangan pernah memaksakan harga tersebut akhirnya impor daging sebanyak-banyaknya. Nah kalau impor daging sebanyak-banyaknya artinya kita mensubsidi peternak dari luar negeri,” jelasnya.

Tinggalkan Balasan