Cium Tangan, Selfie hingga Berebut Makan Gulai Otak

 

Aimar (2,5) berdiri di depan tantenya dengan didampingi sang ayah, Johan Zulkarnain (29). Setelah menerima selembar uang Rp 10 ribu, dirinya tampak ceria dan memberikan uang tersebut kepada sang ibunda yang memerhatikan buah hati tercintanya sedari tadi.

Tidak hanya Aimar, puluhan anak kecil hingga dewasa mengantri di depan orang yang akan memberikan duitnya kepada mereka, dari pecahan Rp 2000 hingga Rp 100 ribu. Sebelum mendapatkan uang dari si pemberi, mereka harus mencium tangan. Bahkan, sejumlah pemberi kerap mengisengi orang yang dikasih agar acara lebih ramai dan tidak membosankan. Salah satunya dengan menyuruh menyanyi atau berjoget.

Aimar baru saja mengikuti tradisi puluhan tahun di keluarga Muhammad Kasim, salah satu pendiri Masjid Istiqamah, masjid terbesar di Kota Bandung, ketika Idul Fitri. Johan, sang ayah, pernah mengikuti tradisi ini saat dirinya masih kecil dan belum bekerja. ’’Seru-seruan aja. Sekarang giliran anak, biar bisa ngerasain,” tukas lelaki yang berdinas di Kementerian Keuangan itu.

Sebenarnya, tradisi tersebut belum ada ketika Muhammad Kasim yang juga seorang penulis masih hidup. Kegiatan itu baru muncul, sekitar 20 tahun terakhir atau ketika sang penulis wafat. Dan acara tersebut diprakarsai oleh salah seorang anak almarhum, yang menginginkan adanya kemeriahan dalam perayaan Lebaran di keluarga tersebut. Dan, dikhususkan bagi anak kecil atau yang belum menikah atau bekerja. masih terjaga hingga kini.

Kegiatan diadakan oleh anak-anak almarhum di kediaman Muhammad Kasim, di Jalan Banda No 10, pada H+4 Idul Fitri atau Sabtu (9/7). Rumah yang telah ditempati sekitar 50 tahun itu menjadi lokasi tradisi keluarga besar Kasim menjalin silaturahmi dengan saudara-saudaranya yang mayoritas bermukim di Jakarta. Budaya yang tidak hilang adalah cium tangan alias pembagian uang dari orang yang sudah bekerja atau menikah kepada anak-anak kecil yang jumlahnya tergantung pemberi. Acara ini selalu ditunggu oleh para anak kecil atau cucu dan cicit dari Muhammad Kasim.

Muhammad Kasim sendiri sudah berpulang pada 1966, disusul oleh istrinya Fatimah Kasim pada 2005 silam. Sehingga, hanya anak-anak mereka yang terus menjaga tradisi dan kekerabatan di keluarga besar ini. Seperti dikatakan, Etty Darisan (72), salah seorang anak almarhum, acara cium tangan bukan untuk riya’ atau pamer, tapi sekedar berbagi kesenangan pada para ponakan, cucu, hingga cicit.

Berita Terkait

Tinggalkan Balasan