Budidaya dan Pemandulan Nyamuk Aedes aegypti dengan Radiasi Nuklir di Batan

Supaya lancar dalam perjalanan menuju daerah pelepasan, botol dimodifikasi. Caranya adalah dengan memberikan lapisan kain tipis di dinding botol. Kain tipis ini fungsinya untuk pijakan nyamuk. ’’Kalau selama perjalanan nyamuk itu terbang terus, sampai tujuan akan mati,’’ katanya.

Secara garis besar, Ali mengatakan program menekan populasi nyamuk Aedes aegypti tanpa insektisida ada tiga cara. Selain melalui radiasi nuklir, juga ada proses rekayasa genetika atau transgenik.

Di antara negara yang menggunakan cara transgenik adalah Brasil. Ali mengatakan dirinya berpikir 1.000 kali ketika akan menerapkan model transgenik itu. Sebab dia khawatir varian baru nyamuk hasil transgenik justru menimbulkan masalah baru.

Cara ketiga dalam pengendalian nyamuk adalah menanamkan bibit bakteri Wolbachia di dalam tubuh nyamuk Aedes aegypti. Tujuan memasukkan bakteri ini adalah, supaya virus Dengue di dalam tubuh nyamuk tidak bisa berkembang. Sehingga nyamuk tidak bisa menularkan penyakit demam berdarah.

Di Indonesia program pengendalian nyamuk Aedes aegypti berbasis bakteri Wolbachia dilakukan di Jogjakarta. Sistem ini dikhawatirkan bisa menimbulkan masalah baru. Sebab menurut teori yang dipelajari Ali, bakteri Wolbachia adalah makanan cacing Filaria.

Dikawatirkan cacing Filaria, penyebab penyakit gajah, nantinya bisa hidup di dalam tubuh nyamuk Aedes aegypti. Padahal selama ini nyamuk ini tidak pernah ditumpangi bibit cacing Filaria. Jangan sampai ke depan nyamuk Aedes aegypti selain menyebarkan penyakit demam berdarah juga menularkan kaki gajah. (*)

Berita Terkait

Tinggalkan Balasan