Brilliant Time, Perpustakaan di Taiwan yang Bernuansa Khas Indonesia

Maraknya gerakan literasi tidak hanya melanda Indonesia. Di Taiwan juga menjamur. Salah satu penggeraknya adalah Chang Cheng, anak muda di New Taipei. Kepada wartawan Jawa Pos FATHUR ROZI yang mengunjunginya pekan lalu, Chang menceritakan aksi positifnya itu.

DARI luar, bangunan kecil tiga lantai itu mirip toko buku. Berak-rak buku dipajang di sana. Namun, tidak terlihat ada pembeli yang tengah memilih buku atau melakukan transaksi. Yang ada para pengunjung yang sedang tenggelam di antara ribuan buku koleksi Brilliant Time: Southeast Theme Bookstore, perpustakaan pribadi yang didirikan Chang Cheng.

Perpustakaan tersebut berukuran 4 x 6 meter. Bangunannya terselip di tikungan Jalan No 1 Lane 135 Xing-Na rd. Chung-He District, New Taipei City. Warga setempat mengenalnya sebagai ”Jalan Vietnam”. Sebab, di sana banyak toko yang menjual barang-barang produk Vietnam. Transaksi pun menggunakan bahasa negara itu.

Brilliant Time memang bukan toko buku. Tapi, juga terlalu sederhana untuk disebut sebagai perpustakaan seperti di Indonesia Apalagi, pengelolaannya terkesan ala kadarnya. Misalnya, pengunjung tidak wajib mendaftar untuk menjadi anggota. Buku tamu/pengunjung pun tidak ada. Karena itu, pencatatan identitas pengunjung, buku apa yang dipinjam, atau uang iuran yang diberikan pengunjung hampir tidak pernah ada. Apalagi menyoal denda bagi yang terlambat mengembalikan buku.

”Saya cuma suka punya (perpustakaan) seperti ini. Ini hobi,” ungkap Chang ketika ditemui rombongan yang diundang Taipei Economic and Trade Office (TETO) itu.

Meski demikian, Chang menolak bila perpustakannya dianggap dijalankan ala kadarnya. Dia mengaku, dengan cara mengelola seperti itu, dirinya justru berhasil menghidupkan Brilliant Time sebagai perpustakaan yang lain daripada yang lain. Taman bacaan yang didirikan pada April 2015 itu kini sudah memiliki 40 cabang di Taipei City.

Salah satu cabang Brilliant Time berada di Stasiun Taiwan High Speed Rail (HSR) Taipei. Taman baca itu menempati salah satu stan toko di situ. Sedangkan cabang lain jadi satu dengan kedai kopi atau kafe yang tarif sewanya lumayan mahal.

Brilliant Time memiliki koleksi buku yang jumlahnya melimpah. Belum termasuk buku-buku yang dipinjam pengunjung dan belum dikembalikan. ”Buku-buku di sini mengalir terus. Ada yang menyumbang, ada yang meminjam,” ujar pria 40 tahun itu.

Tinggalkan Balasan